REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA- Kerusuhan yang terjadi pada Ahad (11/9) lalu akibat isu adanya pembunuhan tukang ojek yang meluas menjadi sentimen SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan), masih membuat Kota Ambon, Maluku, mencekam. Polri pun mengirimkan sebanyak 400 personel dari Polda Jawa Timur dan Sulawesi Selatan untuk mengamankan Ambon.
"Untuk kekuatan yang kita kirim ke sana (Ambon) dari Polda Jatim sebanyak 200 personel dan dari Polda Sulawesi Selatan sebanyak 200 personel," kata Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Anton Bachrul Alam yang ditemui di Mabes Polri, Jakarta, Senin (12/9).
Anton menambahkan situasi dan kondisi di ambon sudah kondusif dan dapat dikendalikan situasi itu. Masyarakat Kota Ambon juga telah mengadakan pertemuan dengan Muspida, tokoh agama, tokoh masyarakat dan para pemuda untuk membicarakan agar tidak terjadi kerusuhan lagi. Mabes Polri pun mendukungnya dengan mengirimkan sebanyak 400 personel untuk mengamankan Kota Ambon.
Ia juga membantah adanya pembunuhan yang memicu kerusuhan tersebut, menurutnya hal itu hanya kecelakaan biasa. Ia mengklaim tukang ojek yang mati karena jatuh sendiri, bukan dianiaya apalagi dibunuh. Namun ia mengakui akibat isu tersebut terjadi kerusuhan antara dua kelompok.
Ia pun mengimbau agar masing-masing pihak atau kelompok saling menahan diri dari tindakan anarkis. "Maka itu kita mengimbau agar masing-masing pihak dan kelompok saling menahan diri dari tindakan anarkis," imbaunya.