Selasa 20 Sep 2011 21:33 WIB

Wartawan Yogya Lakukan Aksi Sesalkan Tragedi Bulungan

Rep: Neni Ridarineni/ Red: cr01
Sejumlah polisi berjaga jaga di depan SMAN 6 paska bentrokan siswa SMAN 6 dengan wartawan di depan SMAN 6, Bulungan, Jakarta Selatan, Senin (19/9).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Sejumlah polisi berjaga jaga di depan SMAN 6 paska bentrokan siswa SMAN 6 dengan wartawan di depan SMAN 6, Bulungan, Jakarta Selatan, Senin (19/9).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Solidaritas Wartawan Yogyakarta menggelar aksi damai di Tugu Yogyakarta, Selasa ( 20/9). 

Aksi tersebut merespon kekerasan terhadap jurnalis yang dilakukan sejumlah pelajar SMAN 6 Jakarta, Bulungan. Mereka meminta dihentikannya segala bentuk kekerasan dan intimidasi terhadap wartawan, baik yang dilakukan oleh aparat keamanan maupun warga sipil. ''Siswa merupakan generasi penerus bangsa dan agen pembangunan masa depan yang seharusnya jauh dari tindakan kekerasan,'' kata wartawan I Radio Jogja, Wuri Damaryanti, dalam orasinya.

Dia mengungkapkan, keprihatinan wartawan Yogyakarta muncul secara spontan pasca insiden tawuran yang berujung pada penganiayaan wartawan dalam tugas peliputannya.

Menurut dia, selama ini wartawan telah menjalani fungsinya, yaitu menyampaikan informasi, serta terus berupaya menjadi  mitra masyarakat. ''Kalau wartawan terus diintimidasi dan mendapatkan kekerasan, siapa lagi yang akan menyebarkan informasi kepada masyarakat,'' kata Wuri menyesalkan.

Dalam aksi ini, selain membentangkan belasan poster, para wartawan juga mengajak beberapa pelajar untuk menyatakan kecaman terhadap aksi kekerasan yang dilakukan siswa terhadap wartawan. 

Aji Awang Pratama, siswa SMKN 2 Yogyakarta, mengaku malu atas perbuatan pelajar seusianya yang mengandalkan kekerasan dalam menyelesaikan masalah.  ''Kami sebagai pelajar ikut merasa prihatin. Seharusnya kita bisa mengutamakan tugas untuk belajar dan menjadi generasi yang bermanfaat. Tugas wartawan sendiri juga sangat mulia dan bukan untuk dikecam dengan berbagai ancaman, terlebih dengan aksi kekerasan,'' katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement