REPUBLIKA.CO.ID,BANDAR LAMPUNG--Sejak statusnya menjadi Siaga, frekuensi aktivitas kegempaan Gunung Anak Krakatau (GAK) di Selat Sunda, menunjukkan angka yang stagnan. Sehari terjadi aktivitas kegempaan tercatat mencapai 5.765 kali atau kisaran 4-5 kali per menit.
"Masih terjadi kegempaan namun bersifat stagnan," kata Kepala Pos Pemantau GAK di Desa Hargopancoran, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Andi Suardi, Rabu (12/10).
Ia menyatakan status GAK belum turun, tetap Siaga sejak 30 September lalu. Untuk itu, ungkap dia, pengunjung, wisatawan, dan nelayan tetap dilarang mendekat GAK dalam radius dua hingga tiga kilometer.
Andi mengatakan, pelarangan ini karena aktivitas letusan dan semburan material magma vulkanik GAK masih terus terjadi, sehingga merusak kesehatan manusia. Selain itu, aktivitas kegempaan GAK masih terjadi empat hingga lima kali per menit.
Ia menegaskan, aktivtas GAK sejauh ini masih dirasakan aman bagi warga sekitar. Namun, ia menyerukan agar masyarakat yang bermukim di pulau-pulau sekitar terdekat GAK tetap waspada, karena pola kegempaan GAK tidak menentu atau fluktuatif. "Terkadang aktivitasnya tinggi, kadang juga beberapa hari kemudian menurun. Jadi, kegempaannya fluktuatif," ujarnya.
Menurut dia, alat pencatat kegempaan GAK di pos pemantau telah berfungsi normal, setelah sebelumnya tidak terdeteksi akibat tingginya jumlah kegempaan. Hingga kini, Andi menyebutkan bahwa tidak dapat melihat secara langsung proses letusan dan semburan material vulkanik GAK, karena kawasan GAK diliputi awan.