REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA – Sebelumnya, Kebun Binatang Surabaya (KBS) menjadi salah satu kebun binatang yang popular di Indonesia khususnya di Surabaya. Namun, seiring perjalanan waktu, kondisi KBS kini semakin memperihatinkan.
Bagaimana tidak, dalam satu bulan terakhir saja sebanyak enam satwa penghuni taman satwa yang pada 1916 masih bernama Soerabaiasche Planten-en Dierentuin (Kebun Botani dan Binatang Surabaya-Red).
Ke-enam satwa tersebut yakni buaya muara, bekantan, gajah, komodo, jalak bali, dan babi rusa. Kematian ke-enam satwa tersebut ditengarai karena infrastruktur yang ada di lingkungan KBS sudah tidak memadai.
“Kematian beberapa satwa itu dikarenakan penyakit dan juga karena faktor usia,” kata Humas KBS, Anthan Warsito. Dari hasil otopsi, lanjutnya, tidak ditemukan adanya kelaianan atau gangguan pada kematian satwa tersebut.
Sementara itu, menurut Ketua Tim Pengelola Sementara KBS, Toni Sumampouw, KBS saat ini membutuhkan dana segar untuk menunjang pembangunan seluruh sarana dan prasana. Mulai dari pembenahan sangkar, alat peraga, hingga seluruh kelengkapan kandang peraga.
Kandang yang ada saat ini kata Toni sudah tidak memenuhi syarat untuk populasi satwa yang ada. Untuk perbaikan, sambungnya, KBS memerlukan dana sebesar Rp 90 miliar, baik dari infrastruktur maupun kandang.
Menurut dia, pembenahan kandang merupakan kegiatan yang terpenting. Pasalnya, keberlangsungan hidup hewan akan bergantung pada kondisi kandang. Apalagi, sambungnya, kondisi kandang yang ada di KBS saat ini sudah tidak layak huni.
Selain satwa yang tewas, ia juga mengaku prihatin dengan jumlah satwa yang mengalami penurunan. Dari data KBS, pada 2006 lalu, jumlah satwa yang ada mencapai 4.326 ekor. Namun pada 2011 jumlah tersebut berkurang menjadi 3.974 ekor.
Menurut Tony, penurunan satwa terjadi karena KBS tidak dikelola secara professional. Hal tersebut, lantaran KBS belum mempunyai status badan hukum yang jelas. Sehingga, kata Tony, pengelolaan belum mampu diaplikasikan secara maksimal.
Anggota Komisi D DPRD Surabaya Masduki Toha mengatakan, kalau memang Pemkot sudah siap mengelola, maka KBS harus segera diambil alih. Apalagi dalam beberapa bulan terakhir selalu ada satwa yang meninggal dengan kondisi tak wajar. “Pengelolaan secara mandiri bisa jadi solusi. Jangan sampai satwa yang ada di KBS habis,” katanya.