REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kalbe Farma Tbk, perusahaan yang bergerak di bidang farmasi, berkomitmen untuk meningkatkan riset dan pengembangan produk sampai lima tahun mendatang dengan mengalokasikan dana sebesar Rp 200 miliar secara bertahap.
"Kita berencana meningkatkan produk berbasis riset dan pengembangan dengan meningkatkan dana dari semula Rp 100 miliar menjadi Rp 200 miliar secara bertahap sampai dengan lima tahun mendatang," kata Direktur PT Kalbe Farma Tbk, Vidjongtius di Jakarta, Rabu (23/11).
Rencana memberdayakan riset dan pengembangan terhadap produk Kalbe diungkapkan Vidjongtius terkait dengan keberhasilan perusahaan meraih penghargaan sebagai perusahaan terkemuka di bidang inovasi dalam kegiatan Asean Business and Investment Summit di Nusa Dua Bali belum lama ini.
Vidjongtius mengatakan, panitia dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut telah mempertimbangkan pusat inovasi yang dikembangkan perusahaan lebih baik dibandingkan perusahaan lain.
"Kami tidak pernah membatasi ide-ide inovatif yang disampaikan seluruh karyawan dalam rangka kemajuan perusahaan," ujar dia.
Menurut Vidjongtius, Kalbe memiliki sistem agar karyawannya bisa menyalurkan ide-ide mereka. Penampungan inovasi karyawan dilakukan secara berjenjang.
Mulai dari tempat kerja (bagian) diperlombakan hingga level grup perusahaan. Pada level tertinggi, acara lomba disaksikan oleh dewan direksi.
Vidjongtius mengatakan, seluruh karyawan diwajibkan untuk menyampaikan ide-ide mereka jangan sampai hanya sekedar bekerja saja tanpa mendapat kesempatan mengembangkan kreativitas yang dimiliki.
Bagi mereka yang rajin menyampaikan ide-ide kreatif, penilaiannya akan lebih tinggi dibandingkan mereka yang jarang menyampaikan ide.
Vidjongtius mengatakan, setiap inovasi yang disampaikan karyawan akan mendapatkan apresisasi dari perusahaan apabila ternyata dapat diimplementasikan dan bermanfaat bagi kemajuan perusahaan.
"Kami pernah memberikan apresiasi kepada petugas kebersihan yang mengusulkan agar tutup lampu di kantor Kalbe menggunakan engsel untuk memudahkan saat membersihkan," ujar dia.
Vidjongtius mengatakan, inovasi yang disampaikan karyawan saat inimencapai 15.000 usulan, bandingkan dengan lima tahun lalu yang barumencapai 1.000 sampai 1.500 usulan.
"Tidak harus produk, usulan dapat disapaikan mulai daristandar operasi prosedur (SOP), sistem, modifikasi mesin agar lebihcepat, dan sebagainya," ujar dia.
Vidjongtius menjelaskan, untuk produk yang berbasis inovasi, membutuhkan waktu minimal tiga tahun. Mulai dari riset dan pengembangan selama setahun, pembuatan dan uji stabilitas pre marketing 1 tahun, proses registrasi 1 tahun, sedangkan empat bulan kemudian barulah produk komersial.
Ide inovatif juga dapat dilaksanakan untuk mengkombinasikan produk dengan komunitas seperti komunitas penderita ginjal, penderita diabetes, penderita kanker, dan sebagainya yang hasil akhirnya memberikan dampak positif, jelas dia.
Vidjongtius memperkirakan, produk berbasis inovasi dalam lingkup perusahaan saat ini mencapai dua persen dari total penjualan, sehingga kalau penjualan 2010 mencapai Rp 10 triliun, sebesar Rp 200 miliar berasal dari penjualan produk hasil riset dan pengembangan. Vidjongtius mengharapkan pemerintah dapat memberdayakan riset danpengembangan dengan memberikan fasilitas keringanan pajak bagiperusahaan yang telah melaksanakan kegiatan ini terhadap produknya.
Kalbe, menurut Vidjongtius pada tahun 2006 mendirikan Stem cell and Cancer institute (SCI) sebagai pusat penelitian sel punca dan kanker yang diharapkan dapat memperkaya pilihan terapi selain obat konvensional seperti saat ini.
Saat ini SCI tengah melakukan uji klinis bagi pengobatan penyakit kardiovaskular, osteoartritis, luka bakar, uji berbagai protein yang berasal dari sel punca dan jaringan untuk kosmetik, serta peremajaan kulit dan rambut.
Kemudian melalui Kalbe Genomics (Kalgen), Kalbe mengembangkan Mammaprint untuk mendeteksi kanker payudara.
Kalgen sendiri merupakan laboratorium diagnostik molekuler yang pertama dan canggih di Indonesia dengan tujuan memberikan layanan famakogenetik untuk menguji genetik pasien untuk menentukan obat yang paling tepat.
Kalbe pada tahun 2010 juga mendirikan bisnis unit yang bergerak di bidang terapi sel dan regenerasi (ReGeniC) yang dapat mengobati berbagai penyakit.
Kemudian melalui Innogene Kalbiotech Pte. Ltd (Innogene) yang berbasis Singapura, mengembangkan produk di bidang bioteknologi, salah satu yang sudah diproduksi Theracim, antibodi monoklonal untuk terapi kanker yang lebih terarah- serta masih akan mengembangkan produk biosimiliar bekerja sama dengan perusahaan obat internasional.
Vidjongtius mengatakan, Kalbe dalam mengembangkan produk berbasis riset tidak masuk dari awal tetapi mulai dari uji klinis fase dua dan selanjutnya.
"Kalau bisa membeli teknologi mengapa tidak dilakukan," ujar dia.
Menurut dia, kalau dari awal butuh waktu minimal 5-7 tahun, tetapi kalau masuk dalam fase dua setidaknya butuh waktu 2-3 tahun saja.