REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pakar konstruksi Dr Ir Wiratman Wangsadinata memperkirakan, Jembatan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur runtuh disebabkan saat itu terjadi pelampauan beban dari batas kekuatannya. "Sesuatu struktur jembatan bisa runtuh apabila ada komponen yang dilampaui batas kekuatannya saat itu," kata pendiri dan Direktur Utama Wiratman & Associates, sebuah perusahaan konsultan di bidang rancang bangun, ketika dihubungi di Jakarta, Selasa.
Dari pengamatan melalui gambar di media massa, ia memperkirakan yang memicu keruntuhan jembatan secara progresif (beruntun) adalah putusnya satu kabel penggantung atau gagalnya sambungan kabel penggantung dengan kabel utama.
Putusnya satu kabel penggantung, ujarnya, kemudian memicu putusnya kabel penggantung di sebelahnya dan kembali memicu putusnya kabel berikutnya dan seterusnya, sehingga menyebabkan keruntuhan jembatan tersebut.
Apa lagi, tambahnya, saat kecelakaan yang terjadi pada Sabtu (26/11) itu, jembatan memang sedang dalam perbaikan, namun kemungkinan digunakan tidak sesuai aturan yang ada. "Mungkin juga disebabkan perawatannya yang tidak memadai karena anggaran yang minim, padahal biaya maintenance sebuah jembatan itu cukup besar," kata perancang Jembatan Ampera di Palembang ini.
Soal teknologi jembatan bentang pendek Kukar itu, menurut dia tidak masalah, dimana teknologi yang dipakai adalah teknologi jembatan gantung generasi kesatu sama seperti yang dipakai pada jembatan Golden Gate di San Fransisco (yang bentang tengahnya sampai 1.280m) dan sama dengan teknologi yang dipakai pada jembatan Akashi Kaikyo (bentang tengah 1.991m).