Jumat 02 Dec 2011 20:04 WIB

Abraham Dipilih karena Belum Terkontaminasi Kepentingan Kekuasaan

Rep: Mansyur Faqih/ Red: Djibril Muhammad
Syarifudin Suding
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Syarifudin Suding

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Anggota Komisi III DPR dari fraksi Partai Hanura, Syarifuddin Suding menjelaskan, pertimbangan memilih Abraham karena dinilai orang daerah yang belum terkontaminasi berbagai macam kepentingan kekuasaan dan politik yang ada di Jakarta.

"Dia masih betul-betul buta. Kita harap dalam laksanakan tugasnya selaku ketua KPK betul-betul pure hukum. Tidak didasarkan pada kepentingan-kepentingan politik dan kekuasaan," ujar Suding di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (2/12).

Ia pun tak meragukan usia Abraham yang terbilang muda. Menurutnya, Abraham diharapkan dapat menjaga emosi ketika menjalankan tugas. Abraham pun dinilai memiliki rekam jejak yang cukup bagus dan dinilai penggiat antikorupsi. Sebagai advokasi pun ia dinilai berhasil.

"Saat pemaparan visi misi ia mengatakan kalau dalam jangka waktu setahun tidak bisa laksanakan kinerja sesuai harapan publik dia akan mundur. Lagi pula saya sudah sodorkan pakta integritas," tegas dia.

Abraham Samad terpilih sebagai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk periode 2011-2015. Abraham menjadi kuda hitam dengan perolehan suara signifikan, yaitu 43 suara dari 56 anggota Komisi III yang hadir.

Ini lantaran, dengan usianya yang 45 tahun, Abraham merupakan yang termuda di antara delapan capim yang mengikuti fit and proper test. Pada pemilihan sebelumnya, Abraham terpilih menjadi pimpinan KPK bersama dengan Bambang Widjojanto, Adnan Pandu Praja, dan Zulkarnain.

Pada pemilihan ini, Abraham pun mendapat dukungan suara penuh, yaitu 55 suara dari 56 anggota yang memilih. Sama dengan perolehan suara yang didapat Bambang. 

Pada pemilihan ketua, Abraham berhasil menyisihkan nama kandidat kuat seperti Bambang yang hanya mendapat empat suara dan Busyro Muqoddas yang memperoleh lima suara. Dua pimpinan lainnya, Zulkarnain dan Adnan masing-masing mendapat tiga suara dan satu suara.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement