REPUBLIKA.CO.ID, SANAA, YAMAN - Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh Sabtu (31/12) menyatakan penolakan terhadap pemogokan umum yang menyebar di seluruh departemen yang dikendalikan negara untuk menuntut pemberhentian loyalisnya, kata kantor berita resmi Saba.
"Runtuhnya instalasi negara dan fasilitas yang dibangun lebih dari 49 tahun yang lalu tidak dapat diizinkan," kata Saleh dalam pertemuan dengan para pejabat partai yang berkuasa di Sanaa.
Presiden yang sedang habis masa jabatannya itu menekankan pentingnya meluncurkan dialog dengan pihak koalisi oposisi Rapat Gabungan (JMP) untuk mengatasi pemogokan.
"Tujuan prakarsa Dewan Kerja sama Teluk (GCC) dan mekanisme pelaksanaannya adalah untuk membuat terobosan dan mengakhiri krisis politik berusia 11 bulan ... dan kemudian untuk membangun masa depan dengan kemitraan nasional," tambah Saleh.
Wakil Presiden Yaman Abd Rabbu Mansour Hadi, yang telah bertindak sebagai presiden sejak Saleh menyerahkan kekuasaan kepadanya sesuai dengan kesepakatan GCC, mendesak para pemimpin oposisi untuk memikul tanggung jawab bekerja sama dengan partai yang berkuasa, untuk mengatasi serangan yang sedang berlangsung.
"Jika satu sisi memiliki kehendak baik dan bersiap-siap untuk bekerja sama guna mengatasi masalah, sementara yang lainnya tidak, maka kita tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkan," kata Saba mengatakan kepada Hadi.
Hampir semua departemen yang dikontrol negara, termasuk kementerian, universitas, beberapa fasilitas dan barak militer, telah menyaksikan serangan setelah oposisi yang baru dipimpin pemerintahan koalisi dibentuk pada awal bulan ini.