REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Sosiolog Universitas Negeri Semarang, Rini Iswari, mengatakan, adanya gengsi sosial di masyarakat untuk menggunakan produk-produk yang bermerek menjadi kendala dalam pengembangan mobil nasional.
"Di masyarakat memang ada semacam gengsi jika menggunakan produk bermerek, produk-produk luar negeri," katanya, usai pelaksanaan Olimpiade Sosiologi SMA/MA se-Jawa I Universitas Negeri Semarang (Unnes) 2012, di Semarang, Sabtu (7/1). Menurut Rini yang juga ketua panitia olimpiade sosiologi itu, produk-produk impor yang identik dengan merek terkenal masih lebih dianggap bagus dan bergengsi, meski kualitas produk lokal sebenarnya sama.
Gengsi sosial itulah, kata dia, membuat produk buatan anak negeri, termasuk mobil buatan anak-anak sekolah menengah kejuruan (SMK) akan bersaing secara gengsi dengan produk-produk impor dan bermerek. Ia menjelaskan, gengsi sosial memang ada, misalnya anggapan sebagian kaum perempuan zaman dulu bahwa untuk menunjukkan status sosialnya dengan mengenakan beragam perhiasan emas, namun kondisi sekarang berbeda.
"Kalau dulu kaum perempuan menunjukkan status sosialnya dengan ukuran perhiasan emas, saat ini kaum perempuan menunjukkannya dengan berbagai produk bermerek dari luar negeri, seperti tas, sepatu, dan baju," katanya.