REPUBLIKA.CO.ID,KEDIRI -- Ribuan pentakziah dari berbagai daerah, Ahad (15/1) pagi, memadati mushalla Pondok Pesantren Salafiyah Al Mahrusiyah di Lirboyo, Kediri untuk shalat jenazah pimpinan pondok, KH Imam Yahya Mahrus, yang wafat Sabtu (14/1) malam.
"Kalau yang datang, dari berbagai daerah di Jatim, bahkan ada yang dari luar Jatim. Mereka sudah datang sejak semalam," kata Arif Nur, salah seorang pengurus pondok, Minggu. Ribuan pentakziah juga masih memadati lokasi pondok.
Selain para santri, alumni, juga dihadiri sejumlah kiai besar lainnya, seperti KH Arir dari Demak. Bahkan, Ketua PBNU Said Aqil Siradj, juga datang ke Lirboyo untuk mengungkapkan bela sungkawa.
Sampai saat ini, ada sekitar 21 gelombang shalat jenazah yang diikuti para pentakziah. Mereka mengirimkan doa dan berharap "khusnul khotimah" kepada almarhum.
Yuni, salah seorang pentakziah asal Kediri mengaku sangat kehilangan sosok KH Imam Yahya. Ia adalah pemimpin pondok yang baik, dan sangat perhatian kepada para santrinya. "Beliau sangat sabar, dan setiap kali sepertiga malam selalu membangunkan santri-santrinya," ucap Yuni yang pernah mengabdi di pondok pada tahun 1992 tersebut.
Jenazah dimakamkan di PP Al Mahrusiyah, Kelurahan Ngampel, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, pada pukul 10.00 WIB, berdasarkan wasiat dari almarhum. Makam itu memang dibuat khusus untuk almarhum.
Pimpinanan PP Lirboyo, KH Imam Yahya Mahrus wafat setelah mendapatkan perawatan di Graha Amerta RSU dr Soetomo, Surabaya. Ia di rawat di rumah sakit Senin (9/1) hingga Sabtu (14/1) malam. Beliau meninggal akibat penyakit komplikasi, di antaranya paru-paru, serta diabetes.
Rektor IAIT Tribakti Kediri ini memang sudah sering masuk dan keluar dirawat di rumah sakit sejak dua tahun lalu. Almarhum meninggalkan seorang istri, bernama Nyai Zakiyah serta enam orang anak.