Rabu 25 Jan 2012 10:17 WIB

AS Dilema Soal Presiden Yaman

Rep: Lingga Permesti/ Red: Hafidz Muftisany
Presiden Yaman Ali Abdul Saleh
Presiden Yaman Ali Abdul Saleh

REPUBLIKA.CO.ID, SANA'A--- Duta besar AS untuk Yaman, Gerald Feierstein, mengatakan ketidakhadiran Presiden Ali Abdullah Saleh di Yaman akan membantu transisi politik negara tersebut.  Namun demikian, Gerald Feierstein membantah laporan bahwa AS sedang mencari negara lain  agar Saleh bisa mendapat suaka poliitik. “Saleh dapat kembali ke Yaman jika ia memilih untuk kembali,”katanya pada Selasa (24/1).

Seperti yang sudah diberitakan, Saleh meninggalkan Yaman pada Ahad (22/1) menuju AS untuk melakukan perawatan medis atas luka bakar yang dideritanya. Sebelum meninggalkan Yaman, Saleh menyerahkan kekuasaan pada wakil presiden Abed Rabbo Mansour Hadi. Hadi menjadi pemimpin transisi sebelum pemilihan presiden pada 21 Februari.

Saleh, ujar Feierstein, akan meninggalkan Oman menuju AS dalam beberapa hari berikutnya dan lama Saleh di AS akan ditentukan oleh dokter. Feierstein mengatakan,  Saleh mendapatkan visa hanya untuk alasan medis. "Kami berpikir bahwa dia tidak berada Yaman akan membantu transisi," katanya. Namun, katanya,  transisi politik bukan jadi alas an Saleh meminta visa. “Kami memberikan visa untuk perawatan medis,"katanya.

Di sisi lain, sebelumnya pejabat Gedung Putih dilema atas permintaan visa Saleh. Di satu sisi, Saleh, berkuasa selama 33 tahun dan menyebabkan politik dan kekerasaan selama pemerintahannya. Para pejabat khawatir AS akan menghadapi kritik di dunia Arab yang menganggap Amerika melindungi otokrat yang telah melakukan kekerasan terhadap para demonstran. Di sisi lainnya, Saleh telah dianggap sebagai sekutu AS yang secara aktif memerangi jaringan al-Qaeda di Yaman.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement