REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH - Presiden Palestina Mahmud Abbas Sabtu menuduh Israel menggagalkan pembicaraan penjajakan yang dilaksanakan di ibu kota Yordania Amman bulan ini.
Abbas mengatakan pembicaraan, yang disponsori pelaku upaya perdamaian Kuartet Timur Tengah gagal karena "kekakuan Israel dan penolakannya untuk menyampaikan visi yang jelas mengenai isu-isu perbatasan dan keamanan."
Abbas membuat komentar ini ketika ia bertemu dengan Menteri Luar Negeri Irlandia Eamon Gilmore di Tepi Barat, kata kantor berita resmi Palestina Wafa.
Wafa mengatakan bahwa Abbas telah menegaskan kembali komitmen kepemimpinan Palestina untuk satu proses perdamaian yang nyata dan serius "yang mengarah untuk mengakhiri pendudukan Israel dan pembentukan negara Palestina" dengan ibu kotanya di Jerusalem Timur.
Dia menekankan bahwa Palestina siap untuk melanjutkan perundingan perdamaian langsung jika Israel mengakui perbatasan negara Palestina masa depan dan menghentikan pembangunan permukiman. Abbas mengatakan garis batas tahun 1967 harus menjadi dasar dari perbatasan.
Abbas berharap bahwa Uni Eropa (UE) akan memainkan "peran politik yang lebih besar untuk mengakomodasi upaya itu dengan tingkat ancaman yang melanda proses perdamaian."
Bulan ini, para perunding Palestina dan Israel mengadakan enam pertemuan di Amman dalam upaya menghidupkan kembali perundingan-perundingan langsung mereka, yang telah berhenti sejak 2010.
Palestina mengatakan bahwa Israel tidak disajikan rincian tentang visi mereka untuk menyelesaikan masalah keamanan dan perbatasan.
Kuartet, yang terdiri dari Amerika Serikat, Uni Eropa, Rusia dan Perserikatan Bangsa Bangsa, percaya bahwa satu kesepakatan mengenai perbatasan dan keamanan akan melancarkan terwujudnya satu kesepakatan akhir antara kedua belah pihak.