REPUBLIKA.CO.ID, MOGHADISU - Kelompok ISlam Al Shabaab melarang Komite Internasional Palang Merah (ICRC) beroperasi di daerah-daerah yang mereka kuasai di Somalia selatan dan tengah. Padahal ICRC telah beroperasi di negara Tanduk Afrika itu selama 30 tahun terakhir, terutama memberikan bantuan medis.
Organisasi itu menghentikan distribusi pangan bagi 1,1 juta orang di Somalia selatan dan tengah pada 12 Januari, dengan alasan militan menghalangi pengiriman di daerah-daerah negara itu yang dilanda kelaparan.
"Komite Internasional Palang Merah telah berulang kali mengkhianati kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh penduduk setempat dan, dalam beberapa pekan terakhir ini, menuduh mujahidin (gerilyawan Al-Shabaab) menghalangi distribusi pangan," kata Al-Shabaab dalam sebuah pernyataan, Senin (30/1).
Penghentian distribusi pangan oleh ICRC membuat menteri pemerintah Somalia memperingatkan bahwa krisis kemanusiaan bisa memburuk. Sekitar 250.000 orang Somalia sudah hidup dalam kondisi kelaparan dan empat juta orang membutuhkan bantuan.
Al-Shabaab menuduh ICRC membagikan makanan yang kadaluwarsa kepada anak-anak dan wanita yang lemah setelah kekeringan, sehingga mereka berisiko terserang penyakit.
"Pemeriksaan menyeluruh terhadap tempat-tempat makanan dan gudang ICRC di wilayah yang dikuasai Al Shabaab menunjukkan lebih dari 70 persen makanan yang disimpan untuk didistribusikan oleh organisasi itu tidak pantas untuk dikonsumsi manusia," kata pernyataan itu.
Sekitar 2.000 ton metrik makanan kadaluwarsa yang akan dibagikan dibakar setelah pemeriksaan tersebut.
Somalia kini dilanda kelaparan parah akibat kekeringan terburuk yang terjadi di negara itu, dan PBB telah mengumumkan Mogadishu dan empat wilayah Somalia selatan sebagai zona kelaparan serta memperingatkan bahwa kelaparan bisa meluas ke seluruh penjuru negara itu.
Kondisi itu diperumit oleh bentrokan-bentrokan yang terus terjadi antara pasukan Somalia serta Uni Afrika sekutunya dan gerilyawan Al-Shabaab.