Rabu 22 Feb 2012 20:02 WIB

Beirut, Kota Peradaban Finiqiyah (4-habis)

Rep: c02/ Red: Chairul Akhmad
Salah satu sudut Kota Beirut.
Foto: http://www.enfoque10.com
Salah satu sudut Kota Beirut.

REPUBLIKA.CO.ID, Beirut terkenal dengan negara dengan beragam agama di antara seluruh negara di Timur Tengah. Mayoritas penduduk menganut Islam dan Kristen.

Ada sembilan komunitas agama utama di Beirut, yaitu Maronit Katolik, Ortodoks Yunani, Katolik Yunani, Armenia Apostolik, Katolik Armenia, Protestan, Muslim Sunni, Muslim Syiah, dan Druze.

Hingga pertengahan abad ke-20 M, Beirut juga menjadi rumah bagi komunitas Yahudi di lingkungan Wadi Abu Jamil. Sebelum perang sipil terjadi,  lingkungan Beirut cukup heterogen. Namun, akibat perang banyak dari mereka memisahkan diri dan membentuk kelompok.

Beirut bagian Timur lebih banyak diisi oleh masyarakat Kristiani dengan sedikit Muslim Sunni, sementara itu bagian barat Beirut ditempati mayoritas Muslim Sunni dengan sedikit masyarakat Kristen dan Druze, sedangkan Beirut bagian utara terus berupaya menambah penduduk beragama Protestan sejak abad ke-19 M.

Perang Saudara di Lebanon

Perang Saudara Lebanon dimulai dari 1975 hingga 1990 M. Diperkirakan sekitar 150 ribu hingga 230 ribu warga sipil tewas akibat peperangan tersebut. Sekitar satu juta jiwa lain—seperempat populasi negara tersebut—terluka dan 350 ribu penduduk mengungsi. Tidak diketahui secara jelas faktor pemicu peperangan itu.

Keterlibatan Suriah, Israel, Amerika Serikat, dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) telah memperburuk konflik tersebut. Pertempuran sempat terhenti pada 1976 karena ada mediasi dari Liga Arab dan intervensi Suriah. Pertempuran ini terpusat di Lebanon Selatan.

Perang ini dimulai pada akhir masa pemerintahan Dinasti Ottoman di Lebanon. Perang Dingin memberi dampak yang cukup kuat terhadap Lebanon dan menyebabkan krisis politik pada 1958. Tahun 1975, kehadiran kekuatan bersenjata asing dalam bentuk gerilyawan PLO memiliki efek di Lebanon.

Mereka menjalankan hak veto pada politik Lebanon. Pembentukan negara Israel dan perpindahan 100 ribu pengungsi Palestina ke Lebanon (sekitar 10 persen total populasi) mengubah demografi Lebanon dan memberikan dasar bagi keterlibatan jangka panjang Lebanon dalam konflik regional.

Setelah pertempuran sempat terhenti pada 1976 karena mediasi Liga Arab dan intervensi Suriah, pertikaian Palestina-Lebanon berlanjut di Lebanon selatan yang telah diduduki PLO sejak 1969. Hal ini bertentangan dengan kesepakatan Kairo yang juga ditandatangani Pemerintah Lebanon.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement