Selasa 28 Feb 2012 10:41 WIB

Lama Koma, Pangeran Belanda akan Disuntik Mati?

John Friso
Foto: mirror.co.uk
John Friso

REPUBLIKA.CO.ID, Pangeran Friso, putra kedua Ratu Beatrix, mengalami cedera otak berat akibat kekurangan oksigen saat terseret longsoran salju sepekan silam. Hingga kini kondisinya belum mengalami kemajuan berarti.

Ben Kolster, dokter keluarga kerajaan, mengatakan, kondisi yang dihadapi Pangeran Friso sebagai “drama bagi keluarga kerajaan”.

“Dalam keluarga mana pun, tentu kondisi ini akan menjadi sebuah drama. Coba bayangkan apabila ibu, saudara, pasangan, atau anak anda, kalau anda harus kehilangan ayah atau suami dengan cara begini,” tukas Ben Kolster kepada Radio Nederland.

Ketika kecelakaan terjadi, Pangeran Friso sedang berolahraga musim dingin yang dilakukan tiap tahun bersama seluruh keluarga kerajaan di Lech, Austria. Ia ketika itu memilih untuk bermain ski di luar jalur resmi bersama seorang teman Austria, ketika kemudian longsoran salju menyeretnya.

Setelah melakukan operasi penyelamatan yang berlangsung sekitar 50 menit, dokter tampaknya mulai menyerah. Terlebih hasil scan mengatakan harapan tersebut telah pupus.

Setelah kabar buruk itu diumumkan, muncul spekulasi mengenai kemungkinan euthanasia. Di Belanda, praktik euthanasia diizinkan dengan persyaratan tertentu. Seseorang harus menderita secara kasat mata dan juga mampu mengutarakan keinginan euthanasia secara jelas. Bagi seseorang dalam kondisi koma seperti Pangeran Friso, secara hukum tidak mungkin dilakukan euthanasia.

Namun, Kolster mengemukakan bahwa kemungkinan tersebut tidak mungkin terjadi. “Keluarga kerajaan memiliki latar belakang Kristen Protestan. Kini Ratu Beatrix tidak begitu ortodoks seperti dulu, tapi tetap saja seorang Protestan. Makanya berat dan sulit bagi keluarga kerajaan untuk melakukan hal tersebut.”

Kolster mengungkapkan, “Kalau kondisi Pangeran Friso tidak membaik dalam beberapa bulan ke depan, baru ada kemungkinan lainnya. Seseorang dengan kondisi demikian sangat rentan terhadap penyakit. Siapa tahu dalam waktu setahun kita dikabari kalau ia meninggal akibat infeksi paru-paru. Kalau begitu, keluarganya dapat memilih untuk tidak menangani penyakit tersebut.”

Kondisi Pangeran Friso dapat berpengaruh terhadap masa depan Ratu Beatrix. Kolster berpendapat, “Saat ini Ratu Beatrix bisa saja terpukul atas kecelakaan ini dan menyerahkan singgasananya lebih awal kepada Pangeran Willem-Aexander. Beliau dapat memilih untuk mempercepat prosesnya. Tapi beliau kan perempuan yang kuat; bisa saja beliau justru terus maju.”

Menurut Kolster, perayaan Hari Ratu pada 30 April mendatang harus ditiadakan atau dirayakan dengan lebih sederhana. “Kalau saya komite penyelenggara, saya akan mengatakan hal yang pantas, tidak ada perayaan Hari Ratu tahun ini.”

Dua kota yang menyelenggarakan perayaan Hari Ratu tahun ini, Rhenen dan Veenendaal di Belanda Tengah, masih menanti keputusan pakah perayaan tersebut akan tetap dilangsungkan atau tidak.

sumber : RNW
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement