REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sekitar 200 orang tewas Minggu ketika sebuah gudang senjata meledak di Brazzaville, ibu kota Republik Kongo, kata seorang pejabat senior di kantor presiden mengutip beberapa sumber rumah sakit.
Ratusan orang juga cedera akibat ledakan itu, yang terjadi di ibu kota negara penghasil minyak itu pada Minggu pagi dan menghancurkan rumah-rumah di dekat lokasi kejadian serta mengirim asap tebal ke angkasa.
"Menurut sumber-sumber di rumah sakit pusat, sekitar 200 orang tewas dan banyak lagi yang cedera," kata Betu Bangana, kepala protokol di kantor presiden di Brazzaville, kepada Reuters melalui telefon. "Sejumlah orang masih (terperangkap) di rumah mereka... Mereka mengatakan seluruh lingkungan Mpila hancur," katanya.
Menteri Pertahanan Charles Zacharie Bowao membantah desas-desus mengenai kudeta atau pemberontakan, dan mengatakan kepada radio pemerintah, ledakan itu terjadi akibat kebakaran di gudang senjata di pangkalan Resimen Blinde di daerah tepi sungai Mpila.
Kepanikan juga terjadi di Kinshasa, di seberang Sungai Kongo yang memisahkan negara eks-koloni Prancis itu dari negara yang lebih besar, Republik Demokratis Kongo (DRC), dimana jendela-jendela pecah akibat kuatnya ledakan tersebut yang dirasakan hingga empat kilometer.
Pemerintah di kedua negara Kongo itu mendesak penduduk tenang.
Sementara itu, kantor berita China Xinhua mengutip sejumlah pejabat China yang melaporkan, tiga pekerja China tewas dalam ledakan tersebut dan puluhan orang lagi cedera, beberapa dalam keadaan serius.
Menurut Xinhua, korban-korban yang tewas dan cedera itu merupakan bagian dari sekitar 140 pekerja China dari perusahaan Beijing Construction Engineering Group.
Seorang saksi Reuters mengatakan, penduduk lari meninggalkan daerah ledakan, yang terletak di dekat kawasan berpenduduk padat dan diblokade oleh pasukan keamanan, sementara sebuah helikopter militer terbang di atas wilayah itu.
Sejumlah warga yang mengungsi mengatakan, rumah-rumah di daerah itu hancur.
Televisi Kongo menunjukkan gambar penduduk yang panik di jalan-jalan di daerah berdekatan. Juga terlihat banyak korban cedera yang segera dibawa ke rumah sakit atau diberi pertolongan pertama di jalan.
Republik Kongo dilanda sejumlah kudeta dan perang saudara sejak kemerdekaan dari Prancis. Namun, negara itu umumnya damai setelah Presiden Denis Sassou-Nguesso merebut kekuasaan dalam kudeta pada 1997.
Bangana mengatakan, Sassou-Nguesso selamat tanpa cedera dalam ledakan tersebut.