REPUBLIKA.CO.ID, BENI -- Sisa-sisa jenazah sedikitnya 20 orang ditemukan terkubur di sebuah kuburan massal di sebuah area yang digunakan untuk menanam kakao di desa Ndoma, Provinsi Kivu Utara, Kongo, akhir pekan ini. Hal itu dikonfirmasi pihak berwenang setempat dan juru bicara militer.
Sebuah tim forensik dan petugas keamanan menggali mayat-mayat tersebut setelah penduduk desa-desa di wilayah Beni menemukan tulang-belulang dan pakaian dan memberitahu para petugas.
Hingga awal tahun ini, wilayah tersebut berada di bawah kendali Pasukan Demokratik Sekutu, atau ADF, sebuah milisi pemberontak yang memiliki hubungan dengan kelompok ISIS. Daerah tersebut sekarang dikuasai oleh tentara Kongo.
Muyisa Kambale Sindani, perwakilan dari desa Kilya, mengatakan pada hari Sabtu bahwa jenazah-jenazah tersebut dikuburkan kembali dengan layak. Dia mengkonfirmasi bahwa tulang belulang dari setidaknya 20 orang ditemukan, tetapi tidak memungkinkan untuk mencari lebih jauh, karena kurangnya keamanan di wilayah tersebut.
Belum ada informasi jelas berapa lama mayat-mayat itu berada di sana. Kongo Timur telah dilanda kekerasan selama beberapa dekade karena lebih dari 120 kelompok bersenjata memperebutkan kekuasaan, pengaruh dan sumber daya, dan beberapa di antaranya untuk melindungi komunitas mereka.
Serangan ADF terkonsentrasi di provinsi Kivu Utara, tetapi kelompok ini baru-baru ini memperluas operasinya ke provinsi tetangga, Ituri, dan ke daerah-daerah di dekat ibu kota regional, Goma, di Kivu Selatan. Para pemberontak dituduh oleh PBB dan kelompok-kelompok hak asasi manusia telah menargetkan, melukai, memperkosa, dan menculik warga sipil, termasuk anak-anak.
Kapten Anthony Mwalushayi, juru bicara regional tentara Kongo mengatakan bahwa daerah tersebut merupakan benteng pertahanan ADF. "Ada orang-orang tak berdosa yang dikubur di sini. Ini benar-benar kuburan massal," katanya, tetapi ia mencatat bahwa di antara tulang belulang yang ditemukan, ada lencana militer.
Mwalushayi berjanji bahwa pihak berwenang akan menyelidiki dan membawa mereka yang bertanggung jawab ke pengadilan. Penduduk setempat menuntut lebih banyak perlindungan dari pemerintah dan juga keadilan.
"Kami menuntut keadilan ditegakkan agar para pelaku pembantaian ini mempertanggungjawabkan perbuatannya dan menjadi contoh bagi para pemberontak lainnya untuk berhenti membunuh kami secara tidak adil," ujar Richard Kakule, seorang petani dari Ndoma.
Setelah tim forensik dan para ahli mengumpulkan jenazah dan menempatkannya di dalam kantong mayat berwarna putih, penduduk setempat mengadakan upacara kecil dan bernyanyi sambil menguburkan jenazah-jenazah tersebut dengan tangan mereka sendiri.
Pemberontak ADF telah aktif di Kongo timur selama beberapa dekade dan telah menewaskan ribuan orang di wilayah tersebut sejak mereka muncul kembali pada tahun 2013. Awal tahun ini, Amerika Serikat menawarkan hadiah hingga 5 juta dolar AS untuk informasi yang dapat mengarah pada penangkapan pemimpin kelompok tersebut, Seka Musa Baluku