Kamis 27 Apr 2023 08:54 WIB

Sedikitnya 60 Mayat Ditemukan di Kongo Bagian Timur

Mayat tersebut merupakan korban pembunuhan oleh kelompok pemberontak.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
 Warga melarikan diri dari pertempuran antara pemberontak M23 dan pasukan Kongo di dekat Kibumba, sekitar 20 km (12 mil) Utara Goma, Republik Demokratik Kongo, Jumat 28 Oktober 2022.
Foto: AP/Justin Kabumba
Warga melarikan diri dari pertempuran antara pemberontak M23 dan pasukan Kongo di dekat Kibumba, sekitar 20 km (12 mil) Utara Goma, Republik Demokratik Kongo, Jumat 28 Oktober 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, KINSHASA -- Sedikitnya 60 mayat ditemukan di beberapa desa di provinsi Kivu Utara, Kongo timur, pihak berwenang mengatakan pada hari Rabu (26/4/2023). Jenazah yang diduga adalah warga dari desa Kashali dan Kazaroho di wilayah Rutshuru itu, dibunuh beberapa hari lalu oleh pemberontak dari kelompok M23, kata Isaac Kibira, wakil gubernur wilayah Bwito.

"Kami sedih melihat bagaimana penduduk dibantai oleh M23... lebih dari 60 mayat (ditemukan) diikat dengan kelambu. Yang lainnya diikat dengan tas," kata Kibira kepada media lokal, dilansir dari Associated Pers.

Baca Juga

Kelompok pemberontak M23, yang sebagian besar terdiri dari etnis Tutsis Kongo, menjadi terkenal 10 tahun yang lalu ketika para pejuangnya merebut Goma, kota terbesar di Kongo timur yang berbatasan dengan Rwanda. Nama kelompok ini diambil dari kesepakatan damai pada 23 Maret 2009, yang dituduh tidak dilaksanakan oleh pemerintah Kongo.

Kelompok pemberontak ini tidak aktif selama hampir satu dekade sebelum muncul kembali lebih dari setahun yang lalu. Para pejuang M23 dituduh oleh warga sipil dan kelompok-kelompok hak asasi manusia telah membunuh warga sipil dan menculik orang-orang.

Awal bulan ini, kelompok ini menarik diri dari sebagian besar wilayah yang mereka kuasai, sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata. Namun, penduduk mengatakan mereka masih ada.

Konflik telah membara di Kongo timur selama beberapa dekade di mana lebih dari 120 kelompok bersenjata berperang di wilayah tersebut, sebagian besar memperebutkan tanah dan kontrol atas tambang yang mengandung mineral berharga, sementara beberapa kelompok berusaha melindungi komunitas mereka.

Selain meningkatnya kekerasan M23, pemberontak CODECO di provinsi tetangga Ituri juga telah mengintensifkan serangan. Pada hari Selasa, 19 orang dibunuh oleh CODECO di wilayah Irumu, kata Gili Gotabo, presiden kelompok masyarakat sipil Irumu.

Pertempuran antara CODECO, sebuah asosiasi longgar dari berbagai kelompok milisi etnis Lendu, dan Zaire, sebuah kelompok pertahanan diri yang sebagian besar terdiri dari etnis Hema, telah berlangsung sejak 2017 tetapi telah memburuk baru-baru ini. Pada bulan Februari, setidaknya 32 warga sipil terbunuh oleh kelompok tersebut.

Pada bulan Desember, PBB mengatakan bahwa kelompok pemberontak tersebut memperluas wilayah kekuasaannya, menyerang warga sipil dan militer Kongo, serta membebani masyarakat di wilayah yang mereka kuasai.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement