Senin 05 Mar 2012 18:17 WIB

Sekolah Islam di Texas Alami Diskriminasi

Rep: Agung Sasongko/ Red: Djibril Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO - Sebuah sekolah Muslim di Houston, Iman Academy menolak untuk ambil bagian dalam kompetisi bola basket dan sepakbola lantaran harus memenuhi syarat tidak logis dalam proses pendaftaran keanggotaannya. Pada 2010, Asosiasi Sekolah Swasta dan Paroki Texas (TAPPS) memberikan kuasioner kepada sekolah-sekolah Islam sebelum mereka mengikuti proses administrasi.

"Bagaimana sikap anda terhadap penyebaran Islam di Amerika? Apa tujuan sekolah anda dalam hal ini," demikian contoh bunyi kuasioner tersebut seperti dikutip onislam.net, Senin (5/3).

Secara mendetail, kuasioner itu juga meminta pengisi untuk memberikan alasan mengapa tertarik dengan asosiasi yang beranggotakan sebuah agama yang dianggap tidak sesuai dengan kepercayaan tertentu. Lantas ditanyakan pula apa alasan sekolah Islam bergabung dengan sebuah organisasi yang anggotanya berselisih keyakinan dengan kepercayaan Islam.

Petugas Admisitrasi Iman Academy, Cindy Steffens mengatakan pihaknya tidak ingin hal ini menjadi perhatian negatif bagi siswa sekolah. "Kami menginginkan mereka hanya bermain bola tidak mengurusi hal lain," kata dia menegaskan.

Yang memprihatinkan lagi, Tapps tidak hanya mengirimkan kuasioner kepada pihak sekolah tetapi juga orang tua siswa sekolah yang menjadi anggota TAPPS. "Demi kepentingan terbaik dari TAPPSS, bagaimana anda menilai bergabungnya sekolah Islam dalam keanggotaan," demikian bunyi kuasioner itu.

"Saya merasa sangat tidak nyaman dengan situasi," tulis Brian Yager, kepala dari Sekolah Keystone kepada orang tua. "Saya menolak undangan untuk mengisi ," tambahnya.

Analis mengatakan terbilang jarang negara bagian Texas mengalami konflik yang melibatkan olah raga dan agama begitu mengejutkan. "Saya pikir kita bisa bersimpati dengan orang yang mencoba untuk menjadi bagian dari sebuah masyarakat," komentar Profesor Universitas Alabama, Paul Horwitz.

"Kita bangsa beragama dan beragam. Kita mungkin memikirkan mereka sebagai bagian dari komunitas terisolasi, tapi mereka tidak," ucapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement