Senin 05 Mar 2012 23:12 WIB

Dinilai Bencana, Greenpeace Tolak PLTN di Indonesia

Rep: mg-02/ Red: Hafidz Muftisany
aksi aktivis greenpeace tolak PLTN
Foto: republika/prayogi
aksi aktivis greenpeace tolak PLTN

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ratusan aktivis Greenpeace berdemonstrasi di halaman depan kantor Kementrian Riset dan Teknologi (Kemenristek), M.H. Thamrin, Senin (5/3). Mereka menolak rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace, Arif Fiyanto, mengatakan, PLTN hanya akan membawa bencana apabila diterapkan di Indonesia. Menurutnya, malapetaka yang disebabkan oleh PLTN di Jepang merupakan bukti nyata yang harus dijadikan bahan pertimbangan untuk membangun PLTN di negeri ini. Seharusnya, menurut Arif, pemerintah khususnya Kemenristek lebih memfokuskan dirinya kepada pengembangan atau penyuplaian listrik negara dengan menggunakansumber-sumber energi yang terbarukan.

Menurutnya, negeri ini telah dikaruniai berbagai energy sehingga harus lebih dioptimalkan. Sementara penggunaan nuklir sebagai pembangkit listrik, menurutnya terlalu beresiko. "Zat berbahaya yang melekat pada diri nuklir itu sendiri dapat meradius hingga puluhan kilo meter, dan efek terhadap udaranya permanen”, ujar Arif.

Arif juga menuntut agar pihak Kemenristek untuk menghentikan sosialisasi dan pemberian informasi yang tidak utuh atas penggunaan energi nuklir kepada masyarakat di kepulauan Bangka Belitung.

Dalam aksinya, para demonstran juga turut mengenakan pakaian anti radiasi lengkap dengan masker pelindung pernafasan. Ini melambangkan wujud penolakan mereka terhadap pencemaran udara akibat nuklir yang berimbas pada kematian.

Di tingkat Regional, Greenpeace Asia Tenggara juga meluncurkan seruan aksi penolakan serupa untuk ASEAN. Yaitu, untuk meninggalkan jalur nuklir dan mengeluarkan provisi pengembangan nuklir dari rencana kooperasi energi ASEAN 2010-2015.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement