REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Ketimbang Belanda, tawaran dari Jerman lebih menjanjikan mengenai rencana pembelian tank tempur utama (Main Battle Tank/MBT) Leopard 2A6. "Tawaran Jerman cukup menjanjikan untuk mengisi kekosongan. Apalagi Belanda masih ada permasalahan dari parlemen," kata Kepala Staf Angkatan darat (Kasad) Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo di Mabes AD, Jakarta, Kamis (8/3).
Selain dapat melakukan "transfer of technology" (TOT), Jerman juga menawarkan "joint production" untuk pembuatan beberapa bagian tank seberat 60 ton tersebut, dengan menggandeng PT Pindad.
Bahkan, lanjut dia, Jerman menantang kesiapan industri pertahanan dalam negeri. Prinsipnya dalam merawat teknologi tinggi itu perlu persiapan matang, dan membutuhkan waktu cukup lama untuk mempelajarinya. "Ini tak bisa dalam tiga tahun kita memproduksinya. Tidak sederhana teknologinya," ucapnya seraya mengaku pihaknya berencana membeli tank Leoprad dari Jerman.
Menurut Pramono, belum satu suaranya pemerintah Belanda dengan parlemen membuatnya harus bersikap tegas, terlebih tidak adanya perbedaan harga dengan yang ditawarkan Belanda.
Oleh karena itu, pihaknya mengusahakan agar anggaran 280 juta dolar AS mampu mendapat 100 tank Leopard.
Namun, kalau pihaknya sudah "deal" dengan Jerman, dan pemerintah Belanda setuju menjual Leopard, maka TNI AD akan membeli dari keduanya. "Adapun mekanisme pembelian dilakukan langsung antarpemerintah (goverment to goverment)," ujarnya.
Pramono tidak menyangkal Leopard 2A6 adalah hasil "retrofit 2A4" alias pengembangan teknologi terbaru karena cetak baru teknologi Leopard serupa sudah tidak diproduksi lagi.
Ia pun yakin Leopard dari negara Eropa tidak membawa konsekuensi apa pun, terlebih hingga terancam bakal terkena embargo.
"Tidak ada alasan untuk mengembargo kalau kondisi Indonesia seperti sekarang," tutur Pramono.
Sebelumnya, Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menuturkan bahwa pihaknya berencana membeli Leopard dari Jerman, bila pemerintah Belanda menolak rencana pemerintah Indonesia itu. "Opsi yang kami lakukan itu tidak semata-mata pembelian dari Belanda. Kami akan melihat proses mana yang lebih mudah, lebih lancar, lebih efisien. Itu yang kami simpulkan nanti memilih yang mana," tutur Sjafrie.