Jumat 09 Mar 2012 15:48 WIB

Warisan Generasi Malcolm X

malcolm x
Foto: freep.com
malcolm x

REPUBLIKA.CO.ID, ''Kami bukan orang Amerika. Kami adalah orang Afrika yang kebetulan berada di Amerika. Kami diculik dan dibawa ke sini bertentangan dengan keinginan kami dari Afrika. Bukan kami yang mendarat di Lincoln Rock karang itulah yang menjatuhkan kami.'' (Malcolm X, 1964).

Di masa hidupnya, Malcolm X bukanlah tokoh yang disanjung orang. Selain di Harlem, Malcom yang awalnya bangkit dari kemelaratan dan penjara kemudian melangkah ke mimbar boleh dikata tidak dikenal orang. Hingga  Mike Wallace dari CBS di tahun 1959 menayangkan film dokumenter berjudul The Hate that Hate Produced (Kebencian yang Lahir dari Kebencian) mempertontonkan Malcolm memimpin ''kebangkitan ras hitam'' yang menakutkan.

Enam tahun kemudian ribuan pelayat mengantar jasadnya ke pemakaman di Harlem tetapi di luar kawasan kumuh di Amerika Serikat, tak seberapa orang yang tahu dan ikut bersedih. Tajuk suratkabar New York Times menyebut Malcolm sekadar ''orang yagn tertelikung'' yang berpaling dari ''anugerah sejati kepada tujuan-tujuan jahat.'' Time menjulukinya ''demagog yang tak tahu malu.'' Pers kulit hitam pun tidak lebih ramah. Washington Afro-American melukiskan pemimpin nasionalis kulit hitam itu sebagai ''pemancing ras profesional''. Malcolm X, demikian Michigan Chronicle menyimpulkan, Malcolm ''memanen falsafahnya sendiri.''

Kini, hampir 47 tahun kemudian, orang yang menyebut dirinya ''Negro paling marah di Amerika'' sudah menjadi pujaan kalangan ''dalam'' kota. Di saat Obama menjadi presiden pertama berkulit hitam, wajah Malcolm X yang sayu masih menghias tshirt, jaket, bahkan dinding bangunan-bangunan.

Atlet-atlet maupun artis-artis terkenal masih menggunakan topi dengan simbol X. Kehidupan Malcolm yang tak ''biasa'' ''Anda tidak percaya akan masa lalu saya,'' demikian pernah ia katakan adalah dasar pembuatan sandiwara, opera dan buku-buku. Menjelang awal 90 an, banyak orang kulit hitam di Amerika, tanpa memandang agama, keranjingan apapun yang dinamakan Malcomania. Sutradara kenamaan Spike Lee sampai membuat film Malcolm X.

Malcolm menjadi ikon baru di kalangan selebritis. Namanya menjadi industri baru ketika sebuah perusahaan menjadikan namanya sebagai brand dalam sejumlah produk, jam tangan, pengharum udara, dan magnet kulkas atau kartu-kartu dagang. Hingga saat ini produk-produk tersebut masih laku dan banyak dicari orang.

Sosok Malcolm sendiri masih menjadi kontroversi hingga sekarang. Malcolm lahir pada tanggal 19 Mei 1925 di Omaha, Nebraska dengan nama asli Malcolm Little. ibunya bernama Louise Little dan ayahnya bernama Pendeta Earl, seorang pendeta baptis dan anggota UNIA (Universal Negro Improvement Association) yakni sebuah organisasi yang dirintis oleh Marcos Aurelius Garvey untuk mewadahi perbaikan hidup bagi orang orang negro.

Dalam biografi Malcolm X yang ditulis Alex Harley, ditulis pesan terakhir Malcolm sebelum dibunuh adalah, '"Saya tahu masyarakat seringkali membunuh orang-orang yang berusaha mengubah mereka menjadi lebih baik. Jika saya mati dengan membawa cahaya bagi mereka dengan membawa kebenaran hakiki yang akan menghancurkan kanker rasisme yang menggerogoti tubuh Amerika Serikat (AS) semua itu terserah kepada Allah SWT. Sementara itu kesalahan atau kekhilafan dalam upaya saya itu semata-mata adalah dari saya sendiri".

Semasa kecilnya Malcolm dan keluarganya sering menjadi sasaran penembakan, pembakaran rumah, pelecehan dan ancaman lantaran ayahnya adalah anggota UNIA yang militan, hingga semuanya memuncak saat ayahnya dibunuh kelompok rasis kulit putih ketika Malcolm berusia enam tahun.

Kehilangan ayahnya mengubah kehidupannya sehingga menjadi anak yang liar. Sekolahnya terputus tatkala usianya mencapai 15 tahun. Selanjutnya jalanan dan germerlap dunia hitam yang membuatnya terjerumus dalam berbagai kehidupan antargank pencurian mariyuana narkotika minuman keras perjudian dan pelacuran baik selagi di kampungnya maupun setelah pindah ke Harlem (wilayah terkenal bagi orang Negro) di New York

Pada usia 20 tahun dia diajukan ke pengadilan atas kasus pencurian dan ditahan hingga berusian 27 tahun. Seperti layaknya narapidana lainnya, banyak keonaran yang dia lakukan di penjara namun dia suka menyendiri di balik kamar tahanannya.

Dia menemukan apa yang dinamakan pencerahan diri mulai dari membaca menulis di dalam penjara Chalestown State. Kemudian terjadi surat-menyurat antara Malcolm dan saudaranya Philbert serta diskusi dengan saudara kandungnya Hilda yang sering mengunjunginya selama dipenjara khususnya mengenai ajaran agama Islam tempat kedua saudaranya adalah pengikut Nation of Islam (NoI). Berawal dari sinilah dia mengenal NoI, masuk Islam dan mengadakan kontak melalui surat-menyurat dengan Mr Elijah Muhammad, pimpinan sekaligus tokoh yang dianggap sebagai utusan Allah oleh pengikut NoI. Berkat Elijah-lah ia memahami ketertindasan dan ketidakadilan yang menimpa ras hitam sepanjang sejarah. Sejak itulah Malcolm X menjadi seorang napi yang kutu buku mulai dari menekuni sastra, agama, bahasa, dan filsafat.

Pada hari pembebasannya Malcolm langsung pergi ke Detroit untuk bergabung dengan kegiatan NoI. Dengan bergabungnya Malcolm, NoI berkembang menjadi organisasi yang berskala nasional. Malcolm sendiri menjadi figur yang terkenal di dunia, mulai dari wawancara di televisi, majalah, dan pembicara di berbagai universitas dan serta forum lainnya. Kepopulerannya terbit berkat kata-katanya yang tegas dan kritis seputar kesulitan yang dialami kaum negro, diskriminasi, dan sikap kekerasan yang ditunjukkan kaum kulit putih terhadap kaummnya.

Namun sayangnya, NoI juga memberikan pandangan-pandangan yang bersikap rasis sehingga ia menolak bantuan apapun dari kalangan kulit putih yang benar-benar mendukung perjuangan antidiskriminasi. Bahkan selama 12 tahun Malcolm mendakwahkan bahwa orang kulit putih adalah iblis dan yang terhormat adalah Elijah Muhammad adalah utusan Allah.

Pandangan tersebut tentu saja bertentangan dengan ajaran Islam sendiri yang tidak membedakan kehormatan dan kehinaan seseorang berdasarkan ras serta tidak ada nabi setelah Nabi Muhammad SAW.

Pandangan rasis dari NoI membuat Malcolm kemudian menyadari bahwa hal tersebut sebagai sebuah ajaran yang tidak rahmatan lil alamin. Karena hal itu Ia pun keluar dari NoI.

Setelah melakukan perjalanan ibadah haji dia mendapatkan gambaran yang berbeda dari pandangannya selama ini, apalagi setelah melihat jamaah haji yang berkumpul dari belahan bumi, dari berbagai ras, bangsa dan warna kulit yang semua memuji Tuhan yang satu dan tidak saling membedakan. Malcolm X pun berganti nama menjadi Haji Malik.

Salah satu ucapan Malcolm X saat selesai menunaikan ibadah haji yang terkenal adalah, "Perjalanan haji telah membuka cakrawala berpikir saya dengan menganugerahkan cara pandang baru selama dua pekan di Tanah Suci. Saya melihat hal yang tidak pernah saya lihat selama 39 tahun hidup di Amerika Serikat. Saya melihat semua ras dan warna kulit bersaudara dan beribadah kepada satu Tuhan tanpa menyekutukannya. Benar pada masa lalu saya bersikap benci pada semua orang kulit putih namun saya tidak merasa bersalah dengan sikap itu lagi karena sekarang saya tahu bahwa ada orang kulit putih yang ikhlas dan mau bersaudara dengan orang negro. Kebenaran Islam telah menunjukkan kepada saya bahwa kebencian membabi buta kepada semua orang putih adalah sikap yang salah seperti halnya jika sikap yang sama dilakukan orang kulit putih terhadap orang negro".

Malcolm X akhirnya mendirikan Organization of Afro-American Unity pada 28 Juni 1964. Pada 21 Februari 1965, pada saat akan memberi ceramah di sebuah hotel di New York, Malcolm X tewas diujung peluru tiga orang Afrika-Amerika yang ironisnya dia perjuangkan nilai-nilai dan hak-haknya serta tidak ada yang tahu siapa dan apa di balik kematiannya. Impian Malcolm X menyebarkan visi antirasisme dan nilai-nilai Islam yang humanis, menggugah kalangan Afro-Amerika dan dunia.

Warisan Malcolm hingga sekarang masih terasa gaungnya. Banyak pemuda Amerika yang terpikat Malcolmania mengenal percikan-percikan kehidupannya. Mereka melahap koleksi pidatonya yang dimuat Pathfinder Press dan merekalah yang memborong buku The Autobiography of Malcolm X sampai penjualannya melonjak 300 persen sejak 1989. Tetapi banyak penggemar Malcolm lainnya yang tak berapa tahu tentangnya. Sampai tahun 1991 misalnya, beberapa mahasiswa kulit hitam bertanya kepada profesor sejarah mereka, ''Siapa sih sebenarnya Malcolm ke-10 (X) ini?'' Kaum kulit putih malah lebih sedikit lagi yang tahu tentang era gerakan hak asasi.

Saat ini, generasi tahun 2000 an umumnya merasa mengenal Malcolm melalui musik rap. Kelompok rap Public Enemy dalam videonya Shut Em Down, berteriak Screw George Washington, lalu merobek gambar presiden pertama Amerika itu dari lembar uang dolar dan menggantinya dengan gambar Malcolm. Video yang diunduh gratis di Youtube ini membuat anak-anak muda generasi tahun 2000 an mengenal sosok Malcolm.

sumber : berbagai sumber
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement