REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seperti pisau bermata dua, itulah penilaian dari pengamat politik, Burhanuddin Muhtadi, soal pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum soal bantahan terlibat dalam dugaan korupsi Wisma Atlet dan Hambalang. "Itu bisa jadi positif di masyarakat. Namun, kalau ternyata nanti ada bukti hukum yang memperlihatkan dia terlibat akan repot. Karena publik akan menagih janjinya," katanya di Jakarta, Ahad (11/3).
Sebelumnya, Anas mengeluarkan pernyataan keras terkait isu keterlibatannya di kasus korupsi Hambalang dan Wisma Atlet. Ia mengaku rela ditembak dan digantung di Monas jika terbukti dalam kasus-kasus tersebut.
Menurut Burhanuddin, komentar itu dikirimkan Anas untuk internal partai, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan masyarakat luas. "Dia sudah gunakan bahasa siap digantung di monas, ini ekstrem. Ini juga pesan yang diberikan terbuka ke KPK yang berapa kali mengatakan ingin memanggil Anas," jelas dia.
Selama sembilan bulan terakhir, papar Burhanuddin, Anas telah menjadi bulan-bulanan opini publik. Apalagi, selama ini mantan ketua PB HMI tersebut selalu diam dan mengelak jika berbicara terkait hal tersebut. ''Makanya dia kemudian mengeluarkan bahasa yang keras. Karena dianggap bahasa polite sudah kurang untuk meng-counter. Tapi saya termasuk yang mengkritik keras Anas, kenapa dia selalu enggan berkomentar," cetus Burhanuddin.