Rabu 14 Mar 2012 15:30 WIB

Inilah Alasan Istana Membentuk Gugus Tugas Antipornografi

Rep: Esthi Maharani/ Red: Heri Ruslan
Stop pornografi, ilustrasi
Foto: yigidrip.wordpress.com
Stop pornografi, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA –- Gugus tugas pencegahan dan penanganan pornografi dinilai memang sudah sepatutnya dibentuk. Sebab, gugus tugas tersebut sudah diamanatkan dalam UU Pornografi.

“Kalau gugus tugas tidak dibentuk, nanti pemerintah dianggap tidak menjalankan amanat konstitusi,” kata Juru bicara kepresidenan, Julian Aldrin Pasha, Rabu (14/3).

Karena di dalam Pasal 42 UU Pornografi disebutkan untuk mengefektifkan pelaksanaan UU tersebut maka diperlukan pembentukan gugus tugas untuk menjamin kelancaran, keefektifan pelaksanaan UU. “Jadi, itu diatur dalam Peraturan Presiden,” katanya.

Ia menjelaskan pada 3 Maret lalu, Perpres 25/2012 itu sudah dikeluarkan yang khusus mengatur hal tersebut dan memberikan mandat lintas kementerian. Nantinya, para menteri itu melaporkan hasil kerjanya kepada presiden. Gugus tugas itu sendiri sudah bisa mulai bekerja dan bisa membentuk subgugus tugas.

Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membentuk Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Pornografi. Hal ini diwujudkan melalui Peraturan Presiden No 25 tahun 2012. Gugus Tugas ini nantinya berada dan bertanggung jawab kepada Presiden. Lembaga ini bertugas mengoordinasikan upaya pencegahan dan penanganan pornografi.

Selain itu, Gugus Tugas Pencegahan dan Pornografi juga mengkoordniasikan upaya pencegahan dan penanganan masalah pornografi; memantau pelaksanaan pencegahan dan penanganan pornografi; melaksanakan sosialisasi, edukasi, kerja sama pencegahan dan penanganan pornografi; dan melaksanakan evaluasi pelaporan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement