REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Kementerian luar negeri Suriah, Senin (19/3) menyalahkan bom bunuh diri yang menghancurkan negara itu dalam dua hari terakhir kepada 'teroris takfiri'. Teroris ini didukung pihak-pihak regional dan internasional terkenal yang secara eksplisit menyatakan dukungan mereka.
Pernyataan kementerian itu dibuat dalam surat yang dikirim ke Dewan Keamanan PBB, organisasi PBB untuk kerja sama Islam dan dewan HAM PBB tentang bom bunuh diri di Damaskus dan Aleppo utara yang menewaskan sedikitnya 29 orang. "Jatuhnya puluhan warga Suriah yang tak bersalah adalah hasil dari terorisme yang didukung pihak-pihak eksternal, yang terang-terangan mengumumkan pembiayaan dan mempersenjatai kelompok-kelompok ekstremis," kata kementerian itu, seperti dilansir Xinhua dan AFP, Selasa (20/3).
Kementerian itu mengatakan bahwa para teroris takfiri dan pihak-pihak mereka yang mendukung mereka serta terang-terangan memasok mereka dengan dana dan senjata melanjutkan tindakan teroris mereka dalam pelaksanaan rencana konspirasi menargetkan Suriah, rakyat dan lembaga-lembaganya.
Kementerian itu mengatakan tindakan tersebut terjadi setelah upaya diplomatik yang dilakukan oleh utusan khusus PBB, Kofi Annan, yang bertujuan mencapai solusi politik untuk krisis Suriah. Ini menunjukkan bahwa pemboman-pemboman yang mematikan di wilayah-wilayah permukiman di kota-kota Suriah itu adalah pelanggaran terhadap prinsip-prinsip hak asasi manusia dan hukum kemanusiaan internasional serta sangat tak bisa dibenarkan.
Televisi pemerintah mengatakan, serangan teroris itu tampaknya ledakan bom mobil yang terjadi hanya dalam beberapa menit. Ledakan itu ditargetkan pada markas polisi di daerah Duwar al-Jamarek dan kantor intelijen angkatan udara di Kabupaten Al-Qasaa. Akibat ledakan itu, 27 orang tewas, terutama warga sipil, dan melukai 140 warga sipil dan personil keamanan.