Rabu 28 Mar 2012 19:28 WIB

Pemerintah Mesti Siap dengan Subsidi tak Langsung

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Chairul Akhmad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ekonom Center Indonesia for Development and Studies (Cides) Umar Juoro mengatakan harga bahan bakar minyak (BBM) memang sudah sepantasnya dinaikkan. Namun, kenaikan BBM tak tepat dijadikan sebab sumber jebolnya APBN jika kebijakan tersebut tak dilaksanakan. Paradigma tersebut salah.

Meski BBM tak dinaikkan, kata Umar, APBN masih sangggup menutupi kekurangan secara matematika. Namun, secara rasional, usaha menutupi kekurangan tersebut sangat besar sekali. Sangat disayangkan jika uang sebesar itu hanya untuk bahan bakar kendaraan yang sebagiannya justru tak dinikmati oleh golongan tak mampu.

"Menaikkan harga BBM, berarti pemerintah mengurangi bentuk subsidi tak langsung untuk rakyat. "Konsekuensinya, pemerintah harus siap menalanginya dengan subsidi tak langsung," ujar Umar, Rabu (28/3).

Kenaikan yang pantas, menurut Umar, adalah Rp 1.500 per liter. Bentuk subsidi tak langsung dari pemerintah tersebut contohnya kompensasi kemudahan dalam membayar kredit UMKM ke bank.Hingga saat ini, pemerintah belum mempunyai skema kompensasi untuk UMKM apabila terjadi kenaikan BBM. Misalnya mengembalikan sistem dana bergulir yang dulu sempat diterapkan pemerintah.

Isu terbesarnya, menurut Umar, inflasi akibat kenaikan BBM nantinya sekitar tujuh persen. Namun, lamanya bertahap diperkirakan enam bulan ke depan, tak sekadar tiga bulan seperti yang diproyeksikan ekonom-ekonom lainnya. Sebab, dalam enam bulan ke depan ada even penting seperti hari raya dan lebaran yang biasanya menyebabkan angka inflasi meningkat. Uang tunai berupa bantuan langsung tunai (BLT) atau BLSM dinilai tak efektif,

Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Fadhil Hasan, merinci ada sekitar lima sektor UMKM yang terdampak kenaikan BBM. Di antaranya elektronik, perikanan, transportasi, industri rokok, hingga industri karet. "Tiga puluh persen sektor perikanan produksinya bergantung pada BBM," kata Fadhil.

Kenaikan harga BBM juga memengaruhi harga  produk getah karet (latex). UMKM rokok, seperti yang berada di Madura juga ikut terdampak.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement