Senin 02 Apr 2012 16:08 WIB

Dunia Cemas, Kapan Spanyol Bakal Menjelma 'Yunani' Baru?

Sejumlah polisi Spanyol berdiri dekat tong sampah terbakar. Terjadi bentrok antar massa protes dengan aparat dan aksi kekerasan dalam demonstrasi yang berujung rusuh di Barcelona
Foto: AP
Sejumlah polisi Spanyol berdiri dekat tong sampah terbakar. Terjadi bentrok antar massa protes dengan aparat dan aksi kekerasan dalam demonstrasi yang berujung rusuh di Barcelona

REPUBLIKA.CO.ID, Kekuatan ekonomi keempat di zona euro, Spanyol mulai mengalami guncangan. Pekan lalu lebih dari satu juta orang turun ke jalan dalam aksi unjuk rasa. Tujuh juta orang--yang berarti 77% anggota serikat buruh nasional--benar-benar berpartisipasi dalam aksi mogok nasional 24 jam.

Total ada 176 ditahan dan 104 orang luka-luka. Diperkirakan 91% karyawan perusahaan besar ambil bagian dalam aksi mogok dan unjuk rasa di jalanan. Politisi Spanyol, tentu saja, berupaya memanfaatkan momen tersebut dengan partisipasi dan mengklaim kemenangan karena aksi mogok tidak seburuk yang terjadi dua tahun lalu.

Semua aksi tadi ialah respon dari proposal baru pemotongan anggaran sebesar 27 milyar euro (Rp330 triliun lebih), penghematan paling keras dalam sejarah Spanyol. Masalahnya pemangkasan anggaran subsidi itu disertai pula dengan peningkatkan tarif dasar listrik dan gas sebesar 7 persen.

Namun semua upaya itu masih jauh dari yang dibutuhkan untuk memenuhi target difisit yang diminta geng Troika (Uni Eropa, IMF dan Bank Sentral Eropa).

Berdasarkan pengalaman Yunani, kebijakan pengetatan anggaran hanya membuat tarif kedaulatan berputar di luar kendali yang berujung pengajuan dana utang. Ironisnya modal untuk membayar balik kerap kali tidak ada.

Dengan tingkat pengangguran sekitar 23 persen dan pengangguran pemuda di angka mencengangkan, 50 persen, sangat mengejutkan bila derita yang dialami Spanyol tidak tercermin dalam kemarahan lebih besar di jalanan. Pemerintahan Rajoy tak diragukan sedang gugup luar biasa.

Derita Spanyol mungkin masih terus bertambah. Apa yang akan dilakukan pemimpin zone euro terhadap menteri keuangan Spanyol, Luis de Guindos saat ini? Terakhir kali menkeu Spanyol bertemu dengan para menkeu Eropa, seorang fotografer menangkap adegan ia tengah dicekik oleh Jean Claude Juncker, kepala grup menkeu euro.

Insiden itu terjadi karena ia dan PM Spanyol, Mariano Rajoy menuntut Brussel melonggarkan target pengetatan anggaran terhadap negara mereka yang tengah kepayahan. Beberapa pekan sebelumnya, Guindos menuju pertemuan Jumat di Kopenhagen di tengah ketakutkan bahwa Spanyol bakal membutuhkan talangan ala Yunani.

Rajoy berhasil membuat target anggaran Spanyol untuk tahun fiskal 2012 lebih longgar dari 4,4 persen GDP menjadi 5,3 persen. Pejabat kabinetnya di Brussel mengatakan target uang ditetapkan zone euro sebesar 5,8 persen ialah bunuh diri. Rajoy mengatakan angka 5,3 persen ialah yang paling pas dan merupakan keputusan kedaulatan yang dibuat oleh Spanyol.

Rajoy mungkin menang di Brussel dan memberikan kecemasan pada pasar, namun membuat senang rakyatnya. Tapi pada Kamis pekan lalu upaya itu sia-sia. Begitu pemerintahkan hendak mengumumkan Anggaran negara pada Jumat, rakyat tahu komposisi anggaran dan pemangkasan terhadap subsidi yang dibuat. Spanyol dibuat bertekuk lutut oleh demonstran. Unjuk rasa mengguncang pasar dan mendorong saham Spanyol jatuh.

Citigroup dari Willemb Buiter mengharapkan Spanyol didorong masuk dalam perlindungan program Troika atau sejenis selama 2012. Alasan Citigroup, pasar surat utang dan obligasi Spanyol kian tak mendapat kepercayaan juga karena kegagalan bank-bank dalam negeri.

Para menteri keuangan Eropa berkumpul lagi untuk mengatasi krisis utang yang kian parah. Sebagai kekuatan ekonomi keempat, skala Spanyol lebih besar dari Yunani. Negara itu menjadi sumber ketakutan besar mengingat ketidakpastian situasi ekonomi terus berpacu dengan kecemasan pasar.

Para pemimpin dan pebisnis internasional kini menonton dalam kengerian. Rajoy yang terikat harus berjalan antara pemangkasan plus pengetatan anggaran dengan biaya kemanusiaan, tepat di garis yang membagi seluruh Eropa.

Satu sisi, rencana yang digagas Jerman meminta untuk menekan kuat hutang dengan mengurangi belanja publik, menaikkan pajak dan melakukan reformasi struktural. Sementara sisi lain muncul tutuntutan untuk lebih memberi dukungan kepada negara-negara berutang demi menghindari depresi dan kekerasan. Namun harapan dukungan besar bakal disetuji di Kopenhagen terancam pupus, dunia kini melihat kepada Rajoy. Bisakah ia mengubah ekonomi Spanyol sendirian? Atau akankah Spanyol menjadi Yunani berikut, dipenuhi pemangkasan subsidi, pengetatan anggaran, dana talangan dan kemarahan di jalanan?

sumber : Business Insider
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement