Jumat 06 Apr 2012 09:35 WIB

Service Quality

Pekerja Bank Syariah (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
Pekerja Bank Syariah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Seorang karyawati pada sebuah bank menyapa sambil tersenyum manis, “Selamat pagi, bisa dibantu?” Teguran dan senyumannya sangat terasa mendamaikan hati.

Tapi tidak hanya karyawati tadi, karena sejak dari pelataran parkir, si petugas parkir, satpam yang mempersilahkan, semuanya tersenyum dan memberikan salam. Seandainya seluruh orang seperti ini, seluruh perusahaan, bahkan jika di kantor-kantor pemerintahan pelayanannya seperti ini, Subhanallah.

Tetapi bagaimana bisa pemerintah atau para pemimpin, sebagai orang-orang yang menentukan kebijakan atau yang notabene berkuasa dapat mengedepankan pelayanan? Mari kita bahas.

Pasukan pengawal kerajaan king Arthur mempunyai slogan “to serve & protect”, slogan itulah yang kemudian diadopsi oleh banyak organisasi public service di seluruh dunia seperti kepolisian (hampir di seluruh Negara).

Dalam sebuah film, presiden amerika serikat Franklin D Rosevelt selalu mengedepankan kalimat “apa yang bisa saya bantu, kami siap melayani Anda.” Perkataan yang menyenangkan hati ini pun menjadi slogan berbagai perusahaan yang menitikberatkan kepada pelayanan. Bahkan samurai yang gagah berani di Jepang dengan semangat bushido-nya mempunyai filosofi yang sama, dikarenakan samurai secara arti kata dapat diartikan sebagai melayani.

Rasullullah dalam praktik filosofinya lebih memilih sebagai hamba daripada menjadi seorang raja. Beliau benar-benar memprioritaskan seluruh kepentingan umatnya dalam koridor menegakkan hukum Allah SWT di muka bumi ini daripada kepentingan dan keinginan dirinya sendiri.

Setidaknya, jika kita mencoba meraba bagaimana sikap Rasulullah yang sama sekali tidak ingin membebankan umatnya, ketika menolak bantuan para sahabat agar beliau tidak kelaparan.

Al-kisah, sahabat mengetahui setelah shalat dengan Rasulullah, terlihat di balik jubah beliau sehelai kain yang berisi batu kecil melilit perut beliau yang kurus untuk menahan rasa lapar. Para sahabat menangis menyaksikan penderitaan Rasulullah, seraya membujuk beliau.

Namun Rasulullah menolak dan berkata, ''Tidak para sahabatku. Aku tahu, apa pun akan engkau korbankan demi Rasulmu. Tetapi apakah akan aku jawab di hadapan Allah nanti, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban kepada umatnya?”

“Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah Allah buatku, agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini lebih-lebih lagi tiada yang kelaparan di Akhirat kelak.”

Subhanallah, begitulah seharusnya akhlak pemimpin yang selalu ingin melayani bukan dilayani!

Dalam sebuah hadis dinyatakan bahwa setiap dari kita adalah pemimpin, karena itu sudahkah kita menjadi pelayan bagi anak kita, istri kita, orang tua kita, saudara-saudara kita, menjadi pelayan bagi pembantu, supir, karyawan kita, lingkungan dan masyarakat? Sudahkah? Mudah-mudahan kita termasuk golongan para pemimpin yang saleh dan adil, Aamiin.

Tidaklah lebih baik dari yang berbicara ataupun yang mendengarkan, karena yang lebih baik di sisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.

Ustaz Erick Yusuf: pemrakarsa Training iHAQi (Integrated Human Quotient)   

twitter: @erickyusuf

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement