REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING-Pemerintah Cina tidak mau membiarkan Konferensi Uighur Dunia (WUC) dengan leluasa berkoar-koar soal nasib etnis Uighur. Beragam cara pun dilakukan, salah satunya menekan negara yang bersedia menampung WUC.
Setelah Korea Selatan ditekan karena bersedia menjadi tuan rumah pertemuan WUC. Kini giliran Jepang yang ditekan pihak Beijing. "Kami percaya WUC merugikan kedaulatan Cina dan integritas teritorial," dalih pemerintah Cina melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri, Liu Weimin, seperti dikutip onislam.net, Rabu (11/4).
WUC dituding Liu terlibat dalam kegiatan yang membahayakan kedaulatan dan keutuhan Cina. "Kami telah menyampaikan kepada pihak Jepang melalui representasi berwenang pemerintah Cina untuk segera mencegah WUC menggunakan wilayah Jepang untuk memecah belah Cina," kata Liu.
WUC merupakan organisasi yang didirikan komunitas Uighur di luar negeri. Semenjak didirikan, beberapa kali WUC menggelar konferensi tahunan. Konferensi pertama berlangsung di Munich, Jerman dan Washington, AS.
Untuk konferensi ketiga, WUC membidik kawasan Asia sebagai tempat penyelenggaraan. Lalu diputuskan Tokyo, Jepang sebagai tuan rumah penyelenggaraan konferensi yang berlangsung 14-17 Mei mendatang. Sekitar 100 delegasi Uighur Muslim dijadwalkan hadir.
Pemerintah Cina hingga kini tak berhenti melakukan tindakan represif terhadap etnis minoritas Uighur yang berbahasa Turki. Kelompok hak asasi menuduh pemerintah Cina berdalih kebijakan itu mengatasnamakan mencegah aktivitas terorisme. Sementara, kalangan muslim menuduh pemerintah Cina berupaya menghapus identitas dan budaya Uighur.
Namun, dibalik itu semua, diduga Beijing memandang Xinjiang, dimana sebagian besar etnis Uigur menetap, Sebagai aset tak ternilai. Di wilayah ini terdapat cadangan gas dan minyak cukup besar. Belum lagi posisi strategis wilayah ini sebagai gerbang pembuka menuju Asia Tengah.