Senin 16 Apr 2012 00:04 WIB

Inilah Pidato Perdana Kim Jong Un di Televisi

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Heri Ruslan
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un saat berpidato dalam peringatan seratus tahun kelahiran kakeknya, Kim Il-Sung di Pyongyang, Ahad (15/4).
Foto: AP
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un saat berpidato dalam peringatan seratus tahun kelahiran kakeknya, Kim Il-Sung di Pyongyang, Ahad (15/4).

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Pemimpin Korea Utara (Korut) menyampaikan pidato publik pertamanya di televisi, Ahad (15/4). Pidatonya tersebut hanya berselang dua hari setelah Korut gagal meluncurkan roket.

Kim Jong Un tampaknya ingin menunjukkan bahwa dirinya adalah pemimpin militer yang tidak takut akan kekuatan negara lain. Pemimpin muda tersebut mengenakan setelan Mao berwarna gelap. Ia tampak percaya diri dan tenang saat membaca catatan pidatonya.

Pidato tersebut disampaikan sebelum puluhan ribu warga berkumpul di alun-alun utama Pyongyang untuk merayakan peringatan 100 tahun kelahiran pendiri Korut Kim Il Sung. Pidato Kim Jong Un tidak jauh berbeda dengan yang sebelumnya disampaikan Korut di media pemerintah.

Namun, ada makna tersirat dari penampilannya. Pemimpin baru yang diyakini berusia akhir 20 tersebut kerap tampil lunak dan tertawa saat bercakap-cakap dengan pejabat senior.

Ia menegaskan militer akan terus memiliki peran dominan di Korut, seperti yang sebelumnya dilakukan kakek dan ayahnya. Ia menekankan akan terus menjalankan kebijakan militer ayahnya.

Meski mengalami saat-saat memalukan karena roketnya gagal memasuki orbit, pidato tersebut dilihat sebagai ekspresi percaya diri Kim Jong Un dan simbol bahwa ia memiliki kontrol penuh atas negaranya. Tindakannya tersebut sangat berbeda dengan pendahulunya Kim Jong Il yang tidak pernah membuat pidato publik meskipun saat acara-acara besar.

Para pengamat mengkhawatirkan bagaimana pemimpin muda tersebut memerintah negara yang sedang membuat senjata nuklir dan pernah mengancam akan berperang dengan Korea Serlatan dan AS.

Kim Jong Un mengatakan era ketika senjata nuklir bisa digunakan untuk mengancam negaranya sudah lama berakhir. Ia mengatakan negaranya telah membangun militer yang kuat yang sanggup menyerang dan mempertahankan segala jenis ancaman di dunia moderen.

"Superioritas dalam teknologi militer tidak lagi dimonopoli oleh imperialis," katanya

AS dan negara-negara lain mempertanyakan apakah Korut akan melalui masa transisi kepemimpinan yang lancar. Sebelumnya negara komunis tersebut telah menbuat kesepakatan dengan AS mengenai penghentian aktivitas nuklir. Namun, kesepakatan tersebut gagal karena Korut meluncurkan roketnya.

Pengamat dari Universitas Pertahanan Nasional Korea Kim Yeon-su mengatakan Kim Jong Un berusaha menghapus keragu-raguan atas kekuasannya. Kim Jong Un juga mengirim pesan kuat bahwa ia merupakan pemimpin militer, bukan pemimpin sipil.

Usai berpidato, para tentara memberi tanda salut kepada pemimpinnya. Militer Korut yang berjumlah 1,2 juta adalah yang terbesar di dunia. Korut memiliki deretan infanteri, tank, senjata berat dan kendaraan truk berisi rudal dalam jumlah besar. Peringatan hari kelahiran Kim Il Sung juga diisi dengan parade lima jet tempur.

Pengamat Korut dari Universitas Shizuoka Jepang Hajime Izumi mengatakan pidato Kim Jong Un adalah kesan pertama yang baik bagi rakyatnya dan dunia.

"Ia menunjukkan bahwa ia mampu berbicara dengan baik di depan umum. Saya pikir ia akan lebih sering berbicara di depan publik dan menunjukkan gaya kepemimpinan yang berbeda dengan ayahnya," kata Izumi.

Korut menantang AS dan negara lain dengan meluncurkan roket jarak jauh berisi satelit untuk memantau cuaca. Namun, AS dan negara lain beranggapan sebenarnya Korut melakukan uji coba teknologi rudal jarak jauh. Beberapa jam setelah roket jatuh ke laut, Korut mengakui kegagalannya. Dalam pidatonya Kim tidak menyebutka mengenai kegagalan peluncuran roket.

Dewan Keamanan PBB menyebut peluncuran tersebut sebagai pelanggaran terhadap resolusi nuklir. Dewan Keamanan menjatuhkan sanksi terhadap Korut setelah negara tersebut melakukan uji coba nuklir pertamanya pada 2006 dan 2009. AS juga kemudian membatalkan rencananya memberikan bantuan pangan kepada Korut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement