REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengancungkan jari tengah, saat berfoto bersama pemenang festival Band se-Jakarta, dianggap menyalahi etika beragama.
Hal tersebut dilontarkan, Indonesia Bureaucracy Service Watch (IBSW). Menurut Chairman IBSW Nova Andika, aksi mengacungkan jari tengah tidak terbantahkan, merupakan simbol atau penegasan terhadap prilaku kotor, seronok, pelecehan serta tindakan moral yang menyalahi norma masyarakat maupun agama. Untuk itu IBSW, akan mengadukan masalah ini pada Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan meminta MUI untuk mengambil tindakan tegas atas apa yang sudah dilakukan oleh Foke, karena dinilai sudah melanggar kepatutan dari agama.
"Kami mendesak MUI memanggil Gubernur Fauzi Bowo dan mempertanyakan perilaku seronok yang dilakukannya," ujar Nova dalam sebuah diskusi di Anomali Coffe, Jakarta Selatan, Rabu (18/4). Pihaknya pun meminta MUI mengingatkan Foke agar bersikap sesuai kaidah agama yang dianutnya.
Menurut Nova, Foke harus mempertanggung jawabkan perbuatan yang dianggap melanggar etika dan norma tersebut, pada publik. Ini lantaran Foke merupakan pejabat publik sehingga tindakannya juga menjadi sorotan publik.
Seperti diketahui, pada Ahad (15/4) di Parkir Timur Senayan, Jakarta. Saat itu Foke menghadiri bursa mobil dan motor bekas yang merupakan rangkaian perayaan hari ulang tahun harian Poskota. Ketika itu Foke diminta naik ke atas panggung untuk menyerahkan sejumlah hadiah doorprize yang ia sumbangkan dan hadiah kepada pemenang-pemenang lomba.
Dalam kesempatan tersebut Foke berkesempatan berfoto dengan salah satu band pemenang lomba. Foke pun berdiri di tengah-tengah mereka. Dirinya pun mengikuti gaya seorang gadis personel band yang ada di sebelah kanannya.
Foke pun mengacungkan jari tengah di hadapan sekitar ratusan penonton dan sejumlah pejabat DKI, seperti Kepala Dinas Pendidikan Taufik Yudi Mulyanto, Kepala Dinas Perhubungan Udar Pristobo, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Ratiyono, dan pejabat Polda Metro Jaya, seperti Irwasda Polda Metro Jaya Komisaris Besar Ricardo Hutahuruk dan Kepala Bidang Humas Komisaris Besar Rikwanto.
"Aksi ini dilakukan di ruang publik dan disaksikan sejumlah pejabat. Tentu tindakan ini sangat tidak pantas dilakukan seorang pemimpin," kata Nova.
Aksi ini dikhawatirkan bisa memberi contoh buruk di masyarakat. Nova menyebut upaya untuk mengambil simpati warga dalam rangka menyambut Pilgub DKI 2012 haruslah tetap diperhatikan. "Jangan demi mengambil simpati, sampai melakukan hal yang tidak pantas," ujarnya.