Selasa 01 May 2012 16:52 WIB

Nicolas Sarkozy Bukan Pilihan Muslim Prancis

Rep: Agung Sasongko/ Red: Karta Raharja Ucu
Nicholas Sarkozy
Foto: AP
Nicholas Sarkozy

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pakar sekularisme, Jean Bauberot menilai, saat ini Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy tengah mengasingkan pemilih Muslim. Sebab, ketika mereka memilih maka Sarkozy jelas bukan pilihan Muslim Prancis.

Sebelumnya, para pemimpin komunitas Muslim Prancis meminta umat Islam untuk menggunakan hak suaranya dalam lanjutan pemilihan presiden Prancis. Dalam seruan itu, pemimpin komunitas muslim mempersilahkan umat Islam untuk memberikan suara kepada sosok yang dianggap tepat. Imam Masjid Lyon, Kamel Kabtane contohnya. Ia mengatakan suara Muslim merupakan tanda umat Islam bukanlah warga negara kelas dua. Setiap Muslim dapat menggunakan haknya untuk memilih apa yang mereka inginkan.

"Kami tidak tinggal di Mars, kita hidup di Prancis. Dan kami terus mendengarkan apa yang terjadi," komentar Kamel, seperti dikutip alarabiya.net, Selasa (1/5).

Imam Masjid Agung Paris, Dalil Boubakeur, mengkhawatirkan adanya penyeretan agama dalam politik. "Saya menolak untuk menggunakan hak suara. Tapi saya meminta kepada umat untuk memilih bukan atas nama Islam, tapi atas nama keadilan, ekonomi, kesengsaraan, pengangguran. Jadi, tidak ada nama Islam," kata dia.

Imam Masjid di Paris Utara, Mohammed Saleh Hamzah, mengatakan menggunakan hak suara menjadikan Muslim sebagai warga negara yang utuh. Bukan hal yang bijak, untuk melepaskan hak untuk tidak memilih. "Saat ini, kami tidak terorganisir. Kelak, ada kesamaan sikap soal ini," ucapnya.

Para ahli mengatakan, umat Islam di lingkungan miskin dan pemuda Muslim cenderung memilih kelompok kiri, hanya sedikit yang memilih Sarkozy. Alasannya, Sarkozy dinilai terlalu menekan Muslim. Ia larang jilbab dan burka. Ia larang pula kedatangan ulama Muslim dari Timur-Tengah.

Imam Boubaker menambahkan jika umat Islamterorganisir, akan berbahaya bagi Sarkozy. Agung Sasongko

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement