Kamis 10 May 2012 10:39 WIB

Potensi Budaya dan Alam Bali Diintensifkan

Suasana saat matahari terbenam di kawasan wisata Tanah Lot Tabanan, Bali beberapa waktu lalu. Bali beberapa waktu yang lalu, untuk keenam kalinya secara berturut-turut dinobatkan sebagai pulau wisata terbaik di dunia oleh majalah pariwisata terkemuka di Am
Foto: Antara
Suasana saat matahari terbenam di kawasan wisata Tanah Lot Tabanan, Bali beberapa waktu lalu. Bali beberapa waktu yang lalu, untuk keenam kalinya secara berturut-turut dinobatkan sebagai pulau wisata terbaik di dunia oleh majalah pariwisata terkemuka di Am

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Potensi budaya dan alam Bali masih bisa dikembangkandan diintensifkan menjadi atraksi yang unik dan menarik. Hal ini sebagai upaya meningkatkan kunjungan turis meskipun wisman sudah berulang kali ke Pulau Dewata.

"Pengembangan objek wisata alternatif itu memerlukan sentuhan kreativitas dan terobosan baru, sehingga kehadirannya bisa menarik dari objek yang ada selama ini," kata Guru Besar Universitas Udayana Prof Dr I Wayan Windia, MS di Denpasar, Kamis.

Windia yang juga ketua tim penelitian model pengembangan agrowisata dalam wilayah subak mengatakan, pengembangan objek wisata alternatif itu tetap berbasis pada budaya lokal.

"Sawah dan petani menjadi salah satu aset pariwisata. Dari kehidupan pertanian lahir nilai-nilai budaya agraris yang sangat luhur yang dapat dijadikan aset pariwisata," ujar Prof Windia yang juga ketua badan penjaminan mutu Unud.

Ia menambahkan, organisasi pengairan tradisional dalam bidang pertanian (subak) yang diwarisi secara turun temurun menjadi penyangga kebudayaan Bali, sekaligus salah satu daya tarik wisatawan berkunjung ke daerah ini. Dalam aktivitas subak terdapat kegiatan kebudayaan seperti halnya yang terjadi di desa adat (desa Pekraman). Subak sejak kelahirannya terus mengalami proses transformasi hingga dimanfaatkan untuk menopang pembangunan nasional dalam bidang pertanian.

Subak sebelumnya hanya berfungsi teknologis, yakni mendistribusikan air irigasi secara adil kepada petani yang terhimpun dalam wadah subak, untuk mengairi lahan garapan secara teratur. Namun dalam perkembangan mengalami proses transformasi dengan melakukan aktivitas budaya. Hal itu tercermin dengan adanya tempat suci (pura) dalam setiap sistem subak.

Prof Windia yang juga ketua grup riset sistem subak Unud menambahkan, perkembangan subak hingga kini menjadi sistem irigasi untuk mendistribusikan air secara adil kepada petani yang terhimpun dalam wadah subak bersangkutan.

Fungsi subak itu belakangan ini ditambah dengan aktivitas ritual dan spiritual, sehingga mampu menjadikan sistem irigasi yang khas dan unik di antara sistem pertanian yang ada di berbagai negara di belahan dunia.

Dengan demikian subak ikut menjadi penyangga kebudayaan Bali, karena kebudayaan pada dasarnya dilandasi aktivitas ritual, ujar Prof Windia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement