REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pesawat Sukhoi Superjet 100 yang diduga menabrak tebing di Gunung Salak memiliki alat pendeteksi gunung. Senior investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Suryanto Cahyono, mengungkapkan alat tersebut seharusnya berfungsi saat pesawat nahas itu menabrak Gunung Salak.
"Dia harusnya mengetahui di depan ada gunung,"ungkap Suryanto di kantor KNKT, Jakarta, Jumat (18/5). Menurutnya, fungsi tersebut dijalankan oleh Terrai n Awaranes Avoiding Sistem yang ada pada pesawat Sukhoi. Suryanto menjelaskan alat tersebut merupakan prosedur standar pada pesawat komersial, sehingga Sukhoi seharusnya memiliki alat tersebut.
Terkait dengan alat pemancar sinyal atau Emergency Locator Transmitter yang disebutkan tidak berfungsi karena terdapat perbedaan frekuensi. Menurutnya, ELT yang ada pada sukhoi tidak dapat terdeteksi karena rusak saat benturan dengan tebing di gunung. Ketika itu, kecepatan Sukhoi Superjet 100 sampai pada 800 km per jam.