REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI—Harga kedelai yang tinggi menyebabkan sekitar 15 persen hingga 30 persen perajin tahu tempe berhenti beroperasi. Hal ini disebabkan harga kedelai yang tinggi akhir-akhir ini membebani biaya operasional para perajin.
Manajer Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Sukabumi, Muhammad Badar mengatakan, jumlah perajin tahu dan tempe di Sukabumi mencapai sekitar 160 orang. Dari jumlah tersebut sekitar 15 persen hingga 30 persen berhenti beroperasi.
Mereka yang gulung tikar rata-rata merupakan para perajin yang jumlah bahan baku kedelainya per hari di bawah 50 kilogram. ‘’Tapi mereka masih berdagang milik temannya,’’ ujar Badar.
Ditambahkan dia, harga kedelai saat ini cukup tinggi di atas Rp 6.500 per kilogram. Padahal, sebelumnya hanya mencapai Rp 5.000 hingga Rp 5.500 per kilogram.
Kepala Bidang Perdagangan, Dinas Koperasi, Perindustrian, Perdagangan, dan Pasar (Diskoperindagsar) Kabupaten Sukabumi, Agus Ernawan mengatakan, Pemkab Sukabumi kini tengah mengajukan kebijakan subsidi kepada pemerintah pusat dan Gubernur Jabar. ‘’Rencananya Selasa (22/5) kami akan menghadap Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Jakarta,’’ ujar dia.
Sebelumnya, Pemkab Sukabumi juga telah mengirim permintaan serupa kepada Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan dan Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Jabar. Menurut Agus, ia berharap pemerintah mendengar aspirasi dari para perajin di daerah. Sehingga para perajin tahu dan tempe bisa kembali menjalan usahanya.
Agus menuturkan, selama ini harga kedelai ditentukan berdasarkan mekanisme pasar. Sehingga pemerintah tidak bisa mengendalikan perkembangan harga kedelai di pasaran. Terlebih, sebagian besar kedelai yang ada di pasaran merupakan barang impor dari luar negeri