REPUBLIKA.CO.ID, Setelah perjalanan panjang tersebut, akhirnya mereka tiba di daerah Ahwaz. Sebagaimana pesan sang Khalifah, Salamah menyeru penduduk Ahwaz untuk memeluk Islam.
Namun mereka menolak. Ketika diminta untuk membayar pajak, mereka pun menolak bahkan menyombongkan diri. Akhirnya, kedua belah pihak pun mulai berperang dan kemenangan berada pada pasukan Islam.
Sesudah perang, Salamah bin Qais segera membagi bagikan harta rampasan kepada para prajuritnya. Di antara harta rampasan itu terdapat sebuah perhiasan yang sangat indah. Sang panglima berniat mempersembahkan barang tersebut ke hadapan AmiruI Mukminin, Umar bin Khathab.
Para prajuritnya pun setuju. Mereka merasa bangga bisa memberikan persembahan sebagai oleh-oleh kemenangan kepada pimpinan mereka.
Perhiasan tersebut dimasukkan ke dalam sebuah kotak kecik Kemudian Salamah memerintahkan kepada dua orang utusan untuk berangkat ke Madinah. Selain menyampaikan berita kemenangan, juga mempersembahkan hadiah yang mereka bawa.
Setelah pergi ke Kota Basrah untuk membeli perbekalan, dua utusan itu berangkat ke Kota Madinah. Ketika tiba di Madinah, keduanya mendapatkan Amirul Mukminin sedang membagi-bagikan makanan kepada fakir miskin.
Dengan tongkat di tangan layaknya seorang penggembala yang sedang berada di tengah gembalaannya, Umar bin Khathab memeriksa piring masing-masing kaum Muslimin. Jika ia mendapatkan makanan mereka kurang, ia segera berteriak kepada pelayannya, Yarfa’. “Hai Yarfa’, tambahkan daging untuk mereka ini!”
Begitu melihat dua utusan Salamah, Umar meminta mereka duduk dan menyuruh pelayannya menyediakan makanan. Selesai makan, Umar mengajak kedua tamunya untuk masuk ke rumahnya. Dari balik tabir ia meminta Ummu Kultsum menghidangkan makanan.
Ternyata ketika berada luar rumah tadi, sang Khalifah belum sempat mencicipi makanan. Ia tidak segera menyantap hidangan di hadapannya, sebelum kedua tamunya mencicipi.