REPUBLIKA.CO.ID, Salman sedang duduk di bawah naungan sebatang pohon yang rindang berdaun rimbun, di muka rumahnya di Kota Madain, sedang menceriterakan kepada sahabat-sahabatnya perjuangan berat yang dialaminya demi mencari kebenaran.
Ia mengisahkan kepada mereka bagaimana ia meninggalkan agama nenek moyangnya bangsa Parsi masuk ke dalam agama Nasrani dan dari sana pindah ke dalam agama Islam.
Betapa ia telah meninggalkan kekayaan berlimpah dari orang tuanya dan menjatuhkan dirinya ke dalam lembah kemiskinan demi kebebasan pikiran dan jiwanya.
Betapa ia dijual di pasar budak dalam mencari kebenaran itu, bagaimana ia berjumpa dengan Rasulullah SAW dan iman kepadanya. Marilah kita dekati majlisnya yang mulia dan kita dengarkan kisah menakjubkan yang diceriterakannya.
“Aku berasal dari Isfahan, warga suatu desa yang bernama “Ji”. Bapakku seorang bupati di daerah itu, dan aku merupakan makhluk Allah yang paling disayanginya. Aku membaktikan diri dalam agama Majusi, hingga diserahi tugas sebagai penjaga api yang bertanggung jawab atas nyalanya dan tidak membiarkannya padam.
Bapakku memiliki sebidang tanah, dan pada suatu hari aku disuruhnya ke sana. Dalam perjalanan ke tempat tujuan, aku lewat di sebuah gereja milik kaum Nasrani. Kudengar mereka sedang sembahyang, maka aku masuk ke dalam untuk melihat apa yang mereka lakukan.
Aku kagum melihat cara mereka sembahyang, dan kataku dalam hati, ‘Ini lebih baik dari apa yang aku anut selama ini!’ Aku tidak beranjak dari tempat itu sampai matahari terbenam, dan tidak jadi pergi ke tanah milik bapakku serta tidak pula kembali pulang. Hingga bapak mengirim orang untuk menyusulku.
Karena agama mereka menarik perhatianku, kutanyakan kepada orang-orang Nasrani dari mana asal-usul agama mereka. ‘Dari Syria,’ ujar Mereka.
Ketika telah berada di hadapan bapakku, kukatakan kepadanya, ‘Aku lewat pada suatu kaum yang sedang melakukan upacara sembahyang di gereja. Upacara mereka amat mengagumkanku. Kulihat pula agama mereka lebih baik dari agama kita.’ Aku pun berdiskusi dengan bapakku dan berakhir dengan dirantainya kakiku dan dipenjarakannya diriku.
Kepada orang-orang Nasrani kukirim berita bahwa aku telah menganut agama mereka. Kuminta pula agar bila datang rombongan dari Via, supaya aku diberi tahu sebelum mereka kembali, karena aku akan ikut bersama mereka ke sana.
Permintaanku itu mereka kabulkan, maka kuputuskan rantai, lalu meloloskan diri dari penjara dan menggabungkan diri kepada rombongan itu menuju Syria (Suriah).”