Senin 28 May 2012 10:33 WIB

Palestina Airlines Kembali Mengudara

Rep: Gita Amanda/ Red: Karta Raharja Ucu
Ilustrasi penerbangan
Ilustrasi penerbangan

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Palestina Airlines kembali mengudara, setelah tujuh tahun berhenti beroperasi akibat konflik berkepanjangan Palestina-Israel. Pesawat bermuatan 48 penumpang tersebut akan terbang dua kali dalam satu pekan.

Palestina Airlines adalah simbol sebuah negara impian. Dan Pesawat Turboprop ini akan melakukan kembali operasi penerbangan kecilnya awal akhir Mei ini.

Salah seorang penumpang Zuhair Mohammer (38) mengaku gemetar saat membeli tiket tersebut. "Tangan saya gemetar saat membeli tiket dan menyebut maskapai Palestina Airlines," ujarnya di Gaza.

Perusahaan penerbangan berusia 15 tahun tersebut hampir mendekati kejayaannya sebagai pendukung Negara Palestina. Pada akhir 90-an, Palestina Airlines beroperasi dari Bandara Internasional Gaza. Ia terbang dengan membawa puluhan ribu penumpang, untuk tujuan Timur Tengah. Mereka berencana memperluas area terbang hingga ke Eropa.

Sayang, ambisi Palestina Airlines merambah Eropa hancur sesaat setelah perlawanan Palestina pada pendudukan Israel. Hal itu dimulai sejak September 2000 lalu, setelah tak ditemuinya pembicaraan damai antar dua pihak.

Pasukan Israel kemudian menghancurkan bandara Gaza. Ini membuat Palestina Airlines memindahkan basisnya ke El-Arish, sebuah resor di pantai Mesir, sekitar 60 kilometers dari Gaza. Tujuh tahun lalu, maskapai ini tutup setelah tak ada lagi penumpang yang menggunakannya untuk penerbangan. Penyebab utamanya karena sejak 2005 Israel semakin gencar melakukan penutupan di perbatasan Gaza.

Hingga tahun lalu, sekitar 1,7 juta penduduk Gaza terkunci di wilayah Palestina. Ini dikarenakan Mesir bekerja sama dengan Israel menjaga perbatasan terminal Rafah dan menutup Gaza. Setelah penggulingan Husni Mubarak 2011 lalu, secara bertahap terminal Rafah dibuka. Sehingga warga Gaza dapat bepergian. Meski begitu pembatasan tetap dilakukan, terutama untuk pria di bawah usia 40 tahun.

Palestina Airlines sekali lagi memiliki pelanggan potensial. Pada 9 Mei lalu mereka kembali beroperasi. Dengan rute penerbangan dua kali seminggu antara El-Arish dan Marka di Ibukota Yordania, Amman. Ini berarti warga Gaza tak perlu lagi melakukan perjalanan ke Kairo sejauh 350 kilometer.

Salah seorang pegawai negeri di Palestina Mustafa Abu Dan mengatakan, ia membeli tiket untuk penerbangan ke Amman pada Ahad lalu. Ia mengaku senang dapat lebih menghemat waktu dan uang. Namun ia tetap khawatir, setiap perjalanan warga Gaza selalu rentan terhadap gejolak politik.

"Rafah adalah satu-satunya gerbang kami ke dunia luar. Tapi kami tetap berharap memiliki bandara sendiri, sehingga dapat melakukan perjalanan tanpa masalah," kata Abu Dan.

Palestina Airlines mengoperasikan dua pesawat yakni Fokker 50 Turboprop dan pensiunan Boeing 727. Pesawat Fokker merupakan sumbangan dari Belanda, sementara Boeing 727 mereka dapatkan dari Arab Saudi.

Pada Ahad lalu, penerbangan Amman-El Arish dilakukan dengan mengangkut 27 penumpang. Sekitar 44 tiket peswat juga telah dipesan untuk penerbangan selanjutnya. Penerbangan ini memakan waktu satu jam 35 menit. Menghemat waktu hingga dua kali lipat dari waktu yang diperlukan dengan melewati Israel.

Namun, menurut Direktur Regional Azmi Samaan, maskapai ini tak memiliki izin melintasi wilayah udara Israel. Ia juga mengatakan, penerbangan peziarah Muslim ke Arab Saudi dari Gaza akan dimulai akhir pekan ini. Sementara rute ke Uni Emirat Arab dan Turki sedang dalam perencanaan. Gita Amanda

sumber : Haaretz.com
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement