REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Tentara Pemberontak Pembebasan Suriah (FSA) memberi tenggat waktu selama 48 jam kepada Presiden Bashar al-Assad untuk mematuhi rencana perdamaian internasional PBB, Rabu (30/5). Ultimatum dikeluarkan setelah tim pemantau PBB melaporkan penemuan 13 mayat diikat dan ditembak di timur Suriah.
Kolonel Qassim Saadeddine dari FSA mengatakan, Assad harus melakukan gencatan senjata, mempermudah akses pemantau, bantuan kemanusiaan, dan wartawan. Jika tidak ada respon dari Suriah hingga Jumat (1/6), pihaknya akan mempertimbangkan untuk tidak terikat dengan rencana perdamaian. Pihaknya akan membela dan melindungi warga sipil dengan caranya sendiri.
Saadeddine juga meminta rezim Assad harus ikut ke dalam perundingan yang nyata dan serius untuk menyerahkan kekuasaan kepada masyarakat Suriah melalui PBB. FSA minim senjata dan tidak sebanding dengan senjata berat dan tank yang dimiliki oleh pasukan rezim. Tetapi PBB telah mengonfirmasi akan meneruskan pengawasan dis ejumlah lokasi penting dibeberapa kota, dan juga daerah pinggiran.
Sebelumnya, Kepala Pemantau PBB, Mayor Jenderal Robert Mood menemukan 13 mayat terikat di timur Deir al-Zor. Beberapa di antaranya ditempak di kepala dari jarak dekat. Rekaman video para aktivis menunjukkan tubuh telungkup di tanah dan tangan para korban di belakang punggung mereka. Kepala korban tewas bersimbah darah.
Kepala penjaga perdamaian PBB Herve Ladsous mengatakan, milisi shabbiha kemungkinan bertanggung jawab, karena membunuh 108 orang di Houla dengan tembakan artileri, tank, senapan, dan pisau. Pemerintah Suriah menyangkal bertanggung jawab dan menuduh kelompok Islam teroris yang melakukan itu.
Duta Besar Suriah untuk PBB Bashar al-Jaafari mengatakan, Damaskus berkomitmen untuk rencana perdamaian Annan. Namun demikian, masyarakat internasional harus mendukung Suriah menyelesaikan proses investigasi mengetahui penyebab di balik pembantaian di Houla. Suriah sudah setuju atas usulan Rusia dan Cina untuk melakukan dialog dengan oposisi, tetapi rencana tersebut gagal karena kekuatan luar yang menekan oposisi.
Dewan Hak Asasi Manusia PBB akan bertemu di Jenewa pada Jumat untuk membahas isu pembantaian di Houla. Suriah telah dikecam keempat kalinya oleh Dewan HAM PBB sejak pemberontakan anti-Assad. Namun sejauh ini, Assaf tahan terhadap kecaman internasional dan sanksi barat untuk melakukan gencatan senjata.