REPUBLIKA.CO.ID, Sosok pemuda ini pernah menjadi tawanan kaum Muslimin di Perang Badar.
Umar bin Khathab RA, saking kesalnya dengan yang bersangkutan, pernah mendekati Rasulullah SAW untuk membujuk beliau, "Wahai Rasulullah, biarkan saya cabut dua buah gigi depan Suhail bin Amr ini, biar ia tidak bisa berpidato menjelek-jelekkan anda lagi!”
Rasulullah SAW menjawab, “Jangan, wahai Umar! Aku tidak mau merusak tubuh seseorang, karena nanti Allah akan merusak tubuhku walaupun aku seorang Nabi!”
Kemudian Rasulullah menarik Umar ke dekatnya, lalu bersabda, “Hai Umar, mudah-mudahan esok, pendirian Suhail akan berubah seperti yang kamu sukai!”
Di akhir tahun keenam hijrah, Rasulullah SAW bersama para sahabatnya pergi ke Makkah dengan tujuan berziarah ke Baitullah dan melakukan umrah. Keberangkatan Rasulullah ini bukanlah bermaksud hendak berperang, jadi perjalanannya tanpa mengadakan persiapan untuk peperangan.
Keberangkatan mereka ini diketahui oleh Quraisy, hingga mereka pergi menghadang. Mereka bermaksud menghalangi kaum Muslimin berangkat ke kota Makkah. Suasana pun menjadi tegang dan hati kaum Muslimin menjadi berdebar-debar.
Rasulullah berkata kepada sahabatnya, “Jika pada waktu ini Quraisy mengajak kita untuk berdamai, tentu akan kukabulkan!” Maka, setiap utusan Quraisy kepada Nabi SAW dijelaskanlah kepada mereka bahwa kedatangannya bukanlah untuk berperang.
Kedatangan kaum Muslimin semata-mata untuk mengunjungi Baitullah Al-Haram dan menjunjung tinggi upacara-upacara kebesarannya.
Utusan-utusan itu datang bergantian. Quraisy terus mengirim utusan yang lebih bijak dan lebih disegani sehingga tibalah giliran Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi. Seorang yang lebih tepat untuk diserahi tugas seperti ini. Menurut anggapan Quraisy, ia akan mampu meyakinkan Rasulullah untuk kembali pulang ke Madinah.
Namun tak lama kemudian, Urwah kembali kepada kaumnya, seraya berkata, “Wahai rekan-rekanku kaum Quraisy, saya sudah pernah mendatangi Kaisar Kisra dan kepada Negus di Istana mereka masing-masing. Demi Allah, tak seorang dari mereka yang saya lihat lebih dihormati oleh rakyatnya, seperti Muhammad oleh para sahabatnya. Sungguh, di sekitarnya saya dapati suatu kaum yang sekali-kali takkan rela membiarkannya mendapat cedera. Nah, pertimbangkanlah apa yang hendak kalian lakukan dengan hati-hati!”