Novel ini menceritakan tentang dua orang sahabat, Faras dan Ikhsan. Faras yang begitu baik hati bertemu dengan Ikhsan, seorang yang pesimis akibat jalan hidupnya yang tidak berjalan terlalu bahagia. Ikhsan adalah manusia sinis yang dibentuk dari proses broken home. Namun, Faras dipertemukan dengannya untuk membantu Ikhsan menemukan jati dirinya.
Mereka pertama kali berkorespondensi lewat e-mail. Walaupun beberapa dari e-mail tersebut adalah bagian dari intrik Aulia, adik tiri Ikhsan. Namun, Faras tetap bersikukuh bahwa Ikhsan adalah sahabatnya, sahabat baiknya, walaupun Ikhsan tak banyak berteman dengan orang lain. Berbekal e-mail dari Ikhsan yang biasa menunjukkan foto-foto tujuan perjalanannya, Faras mengejar Ikhsan. Dalam pengejaran Faras inilah, Faras memperoleh teman seperjalanan, Mareta. Seorang gadis berkepribadian bebas dan easy going, yang ternyata merupakan adik tiri Ikhsan.
Ranu Pane, menjadi tempat di mana Faras dan Ikhsan akhirnya bertemu. Betapa pengarang amat cerdas dalam menggambarkan latar tersebut, juga latar-latar lain dalam cerita ini, serta adat Suku Bugis yang bak buah simalakama yang akhirnya harus merenggut nyawa Fikri, sahabat Ikhsan, dulu.
Dalam pencarian ini, kelak, kita akan menemukan satu lagi tokoh. Yusuf, teman yang pernah mendekam di satu bui yang sama dengan Ikhsan.
Dalam novel ini, saya sangat menyukai narasi perjalanan, narasi pendakian Semeru, kutipan-kutipan lirik lagu dan nasyid untuk Tanjung Bira. Sudut pandang yang digunakan pengarang pun merupakan sudut pandang kesukaan saya, yaitu sudut pandang orang pertama, bergantian untuk setiap tokoh. Memberikan banyak wawasan serta tema yang sangat menghibur.
Hanya saja, saya agak kurang suka dengan penggunaan bahasa "gue" dalam narasi yang diperuntukkan bagi Mareta. Entahlah, saya hanya kurang sreg saja.
Inilah dia, pemenang kedua lomba novel Republika karya Azzura Dayana. Sangat menggugah dengan keunikan Mahamerunya. Recommended buat semua pecinta novel.
Wenny Widyastuti