REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA - Jelang Pemilu Presiden Amerika Serikat (AS) konstelasi politik kian panas. Serangkaian pernyataan menyerang selalu datang silih berganti.
Di sela-sela kunjungannya ke Singapura, senator AS dari Partai Republik, John McCain menuding Presiden Barak Obama sengaja membocorkan rincian serangan cyber dan operasi rahasia terhadap Iran. Hal itu, menurut dia, karena Obama ingin meningkatkan peluangnya agar terpilih kembali menjadi presiden.
"Sekali lagi kita melihat bocorannya informasi di media tentang operasi yang sedang berlangsung, yang sangat mengganggu. Bukankah ini memberikan beberapa keuntungan kepada musuh kita?" tanya McCain kepada wartawan di Singapura, Sabtu (2/6/12).
Dalam laporan yang dirilis The New York Times pada Jumat (1/6/12), Obama diam-diam memerintahkan serangan cyber dengan virus komputer Stuxnet terhadap fasilitas nuklir Iran dan menyabotase program energi nuklir negara itu sejak bulan pertama Obama di kantor.
"Mr Obama memutuskan untuk mempercepat serangan - yang dimulai pada pemerintahan Bush dan dengan kode Olimpiade - bahkan setelah elemen dari program ini sengaja dipublikkan pada musim panas tahun 2010 karena kesalahan pemrograman," tulis laporan itu.
"Kita tahu kebocoran tersebut pasti datang dari pemerintah sendiri. Dan kita mungkin perlu mengadakan penyelidikan," kata McCain, yang pernah dikalahkan Obama dalam pemilihan presiden 2008 lalu.
"Jadi ini semacam pola untuk hype kredensial keamanan nasional presiden dan setiap pemerintahan melakukannya. Tapi saya rasa pemerintahan kali ini, mengangkat itu ke tingkat yang baru."
Pada Juli 2010, laporan media menyatakan bahwa virus komputer Stuxnet telah menargetkan industri komputer di seluruh dunia, dan Iran menjadi target utama serangan tersebut. Mereka mengatakan pembangkit listrik tenaga nuklir Bushehr Iran berada dalam target serangan cyber.
Namun, para ahli Iran mendeteksi virus tepat dan mencegah kerusakan pada situs industri dan sumber daya negara itu.