REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Amerika Serikat telah menyerukan pada Cina untuk melepaskan semua tahanan terkait peristiwa yang terjadi 23 tahun silam. Pada 1989 militer Cina menangkap ribuan orang yang ikut melakukan aksi demo pro-demokrasi di lapangan Tiananmen.
Departemen Luar Negeri AS menyatakan, lewat keterangan resminya meminta Beijing segera menyediakan akuntansi publik penuh pada mereka yang tewas, ditahan atau hilang. AS juga mendesak untuk mengakhiri pelecehan terhadap para pendemo maupun keluarga mereka yang masih hidup.
Juru bicara Deplu AS, Mark Toner mengatakan, AS telah memperbarui seruannya terhadap Cina. AS meminta Cina untuk melindungi hak asasi manusia secara universal bagi semua warganya.
"Cina diharapkan dapat melepas mereka yang ditahan, dituntut, dipenjara, dihilangkan secara paksa, atau ditempatkan dalam tahanan rumah. Serta mengakhiri pelecehan pada aktivis HAM dan keluarganya," kata Toner. Menanggapi pernyataan AS tersebut Kementerian Luar Negeri Cina menyatakan ketidakpuasan penuh.
Pada 4 Juni 1989, militer Cina menyerang demonstran pro-demokrasi di Cina dengan tank dan peluru tajam. Tak ada data resmi berapa jumlah korban atas kejadian tersebut. Tapi diperkirakan sekitar ratusan hingga ribuan orang tewas dan puluhan ribu lainnya terluka. Tak hanya itu ribuan massa yang berdemo banyak ditangkap, bahkan hilang tanpa kejelasan.