REPUBLIKA.CO.ID, Suraqah kembali pulang dengan santai. Di tengah jalan dia bertemu dengan kelompok orang-orang yang hendak melacak kepergian Rasulullah.
“Kembalilah kalian semuanya! Telah kuperiksa seluruh tempat dan jalan- jalan yang mungkin dilaluinya. Namun, aku tidak menemukan si Muhammad. Padahal, kalian tidak sepandai aku mencari jejak,” ujar Suraqah kepada mereka.
Mendengar ucapan Suraqah yang tegas itu, mereka kembali dengan kecewa. Suraqah merahasiakan pertemuannya dengan Rasulullah dalam pelacakannya, sampai dia yakin benar Rasulullah dan sahabatnya telah tiba di Madinah, dan aman dari jangkauan musuh-musuhnya. Setelah itu, baru disiarkannya.
Ketika Abu Jahal mendengar berita tentang pertemuan Suraqah dengan Rasulullah tersebut, dia mencela Suraqah dan menghinanya sebagai pengecut yang tak tahu malu, bodoh karena menyia- nyiakan kesempatan yang baik.
Suraqah menjawab, “Hai Abu Hakam! Demi Allah, seandainya engkau menyaksikan dan mengalami peristiwa yang kualami ketika kaki kudaku amblas ke dalam pasir, engkau akan yakin dan tak akan ragu sedikit pun, bahwa Muhammad itu jelas Rasulullah. Nah, siapa yang sanggup menantangnya, silakan!”
Suatu hari, Suraqah menyiapkan kudanya. Dia pergi menghadap Rasulullah SAW hendak menyatakan imannya di hadapan beliau. Tidak lupa dia membawa sepotong tulang bertulis perjanjian Rasulullah kepadanya sepuluh tahun yang lalu.
Suraqah bercerita, “Saya temui Rasulullah di Ji’ranah (sebuah desa antara Makkah dan Thaif, tetapi lebih dekat ke Makkah). Saya datang menghadap, ketika beliau sedang berada di perkemahan pasukan berkuda kaum Anshar. Mereka menghalangiku masuk dan memukulku dengan pangkal tombak. ‘Berhenti! Berhenti! Hendak ke mana engkau? cegah mereka.
Tetapi aku tidak peduli, dan terus menyeruak di antara mereka hingga sampai ke dekat Rasulullah. Beliau sedang menunggang unta. Lalu kuangkat tulang bertulis perjanjian beliau kepadaku, seraya berkata, ‘Ya Rasulullah, saya Suraqah bin Malik. Dan ini tulang bertulis perjanjian Tuan kepadaku dahulu!”
‘Mendekatlah ke sini, hai Suraqah! Mendekatlah! Hari ini adalah hari menepati janji dan hari perdamaian!’ seru Rasulullah. Setelah berhadapan dengan beliau, aku menyatakan iman dan Islam kepadanya.”
Tidak berapa lama kemudian, hanya lebih kurang sembilan bulan sesudah Suraqah menyatakan Islamnya di hadapan Rasulullah, Allah SWT memanggil Nabi-Nya ke hadirat-Nya. Alangkah sedihnya Suraqah ketika mengetahui Rasulullah telah tiada.
Dia teringat kembali masa lalu, ketika dia berniat membunuh Nabi dan Rasul yang mulia, hanya karena mengharapkan seratus ekor unta di dunia. Padahal sekarang, andaikata dikumpulkan untuknya seluruh unta di muka bumi, lebih berharga berharga ujung kuku Nabi baginya.
Tanpa disadarinya, dia mengulang ucapan Rasulullah kepadanya, “Bagaimana hai Suraqah, jika engkau memakai gelang kebesaran Kisra?”
Suraqah tidak pernah ragu, suatu saat pasti dia akan memakai gelang tersebut.