REPUBLIKA.CO.ID, Yang dimaksud dengan dialog parlementer ialah sebuah istilah yang digunakan untuk majelis besar yang bersidang dalam diskusi antaragama. Contoh paling awal adalah Parlemen Agama Dunia 1893 di Chicago.
Pertemuan semacam ini menjadi lebih sering digelar pada 1980-an dan 1990-an di bawah pengawasan organisasi-organisasi multiagama, seperti Konferensi Dunia mengenai agama dan perdamaian, serta Kongres Agama se-Dunia.
Namun, bukan berarti upaya dialog antarkedua entitas itu berjalan mulus. Bagi kalangan Muslim, mereka mengkhawatirkan seluruh kegiatan ini, baik karena sejarah panjang permusuhan maupun pengalaman kolonialisme yang masih baru.
Intrik politik kontemporer yang melibatkan AS atau kekuatan besar Barat lainnya menciptakan persoalan bagi kebanyakan calon peserta Muslim. Sebagiannya bahkan, masih curiga bahwa dialog itu adalah bentuk samar baru kegiatan misionaris Kristen.
Kekhawatiran juga menyerang komunitas Kristen. Masih banyak kendala konseptual dan teologis yang tersisa. Walaupun demikian, dorongan utama muncul dari umat Kristen dan lembaga yang berkaitan dengan gereja. Sebagian orang Kristen berpendapat bahwa dialog itu melemahkan atau bahkan meruntuhkan misi dan aksi Kristen.
Bagi yang lain, persepsi Islam sebagai ancaman sudah berurat-berakar sehingga mereka tidak bersedia atau tidak mampu bergerak melampaui stereotipe, atau membedakan antara orang yang bersimpati dan orang yang bermusuhan dari komunitas lain.