Jumat 08 Jun 2012 09:25 WIB

Akil: Jabatan Wamen Sebaiknya Dikurangi

Rep: Ahmad Reza Safitri/ Red: Heri Ruslan
Akil Mochtar
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Akil Mochtar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Mahkamah Konstitusi (MK), Akil Mochtar mengatakan jabatan wakil menteri (wamen) sebaiknya dikurangi.

Hal itu, kata Akil, perlu dilakukan untuk menghindari dari pandangan di masyarakat bahwa jabatan wamen hanya untuk mengakomodir kepentingan politik semata dan bagi-bagi jabatan.

"Sebaiknya memang dikurangi. Tapi semua itu terpulang sepenuhnya kepada presiden," tulis Akil dalam pesan singkat kepada wartawan di Jakarta, Jumat (8/6).

Sementara itu ketika ditanyai soal apakah wamen nantinya akan menjadi jabatan politik, menurut Akil tidak. Menurut dia, pandangan tersebut hanya berdasar pada sifatnya saja.

Lalu bahwa nantinya juga akan ada dua kepemimpinan di kementerian yg sama-sama punya legitimasi politik presiden, apakah tidak akan menjadi matahari kembar, Akil menjelaskan, siapapun yang akan menjadi wamen nantinya bisa berasal dari segala latar belakang.

Hal tersebut kembali menjadi domain presiden. Tapi, lanjut Akil, yang terpenting adalah wamen harus mengisi di departemen yang memiliki beban khusus.

"Itu yang jadi syaratnya," kata dia.

Namun, hal itu hanya presiden yang tahu. Karena itu, harus ada penjelasan mengenai beban khusus tersebut.

Akil mencontohkan, dalam keputusan presiden (Keppres) pengangkatan wamen, maka wamen itu harus spesifik tugasnya, atau bisa terbilang khusus.

"Lihatlah Pasal 10 Undang-Undang Kementerian, oleh karenanya wamen itu tidak perlu seperti pisang goreng seabrek begitu. Cukup satu atau dua aja," ujar Akil berseloroh.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.

(QS. Al-Ma'idah ayat 6)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement