REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -— Perempuan yang terkena HIV/AIDS di Jabar jumlahnya dari tahun ke tahun semakin tinggi. Saat ini, diperkirakan jumlah orang dengan HIV/AIDS (Odha) perempuan di Jabar mencapai 1.548 orang. Oleh karena itu, Musyawarah HIV/AIDS se-Jabar 2012 salah satunya membahas mengenai kasus perempuan Odha.
‘’Kasus perempuan Odha ini sangat penting dan harus diperhatikan karena mereka menjadi center of life,’’ ujar Ketua Tim Penggerak PKK Jabar yang juga menjabat Ketua Pusat Pelayanan Terpadu dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Netty Prasetyani, usai menjadi pemateri pada Musyawarah HIV/AIDS se-Jabar dengan tema Kekerasan Terhadap Odha Perempuan, Selasa (13/6).
Menurut Netty, yang sangat mengejutkan dan membuat miris pada kasus Odha perempuan adalah kasus yang terjadi pada ibu rumah tangga sebagai kalangan penderita yang tidak terduga. Di Jabar, dari 1.548 perempuan yang terkena HIV/AIDS, sekitar 663 kasus berasal dari kalangan ibu rumah tangga.
Jumlah tersebut, lebih besar dari jumlah pekerja seks yang terkena HIV/AIDS. ‘’Tingginya kasus HIV/AIDS petempuan ini akan disertai dengan berbagai permasalahan sosial,’’ kata Netty.
Permasalahan sosial yang menyertai Odha perempuan, sambung Netty, di antaranya tidak tahu dan tidak berhak tahu tentang status suami atau pasangan serta tidak memiliki kekuasaan atas hak kesehatan reproduksi jadi terinfeksi.
Di sisi lain, kata dia, kekerasan pada perempuan Odha kerap terjadi karena pemahaman terhadap pengarus-utamaan gender (PUG) yang rendah, kebijakan yang belum berwawasan PUG, kurangnya pelayanan sumber daya manusia atau petugas saat memberikan layanan, dan infrastruktur tidak memadai.
‘’Perempuan Odha pun, masih memperoleh stigma sosial yang memunculkan diskriminasi sehingga kesulitan mendapatkan akses,’’ papar Netty.