REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Serangkaian pengeboman di Irak yang menewaskan 72 orang saat peringatan utama Syiah, menunjukkan konflik sektarian di negara itu masih sangatlah kuat. Iran, Kamis (14/6) mengutuk aksi tersebut dan memperingatkan bahwa "ulah teroris" seperti itu akan menyebarkan ketidakamanan di kawasan.
"Beberapa pihak menjadi penyebab utama tindakan-tindakan teroris yang terorganisir di Irak dan mereka harus tahu bahwa tindakan mereka akan membuat wilayah ini tidak aman," kata Wakil Menteri Luar Negeri, Hossein Amir Abdolahian, kepada kantor berita IRNA.
Dia mengatakan Iran yang didominasi Syiah akan mempertahankan dukungannya terhadap pemerintah Irak. "Langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah Irak untuk mengkonsolidasikan keamanan dan stabilitas dihargai," kata Abdolahian.
Sejumlah pengeboman dan penembakan-penembakan pada Rabu menewaskan sedikitnya 72 orang dan melukai lebih dari 250 lainnya, banyak dari mereka peziarah Syiah. Serangan-serangan itu adalah yang paling mematikan dalam satu hari di Irak sejak 15 Agustus, 2011 ketika 74 orang dibunuh.
Penargetan para peziarah adalah pengingat jelas tentang kekerasan Sunni-Syiah yang merobek bagian-bagian Irak selama puncak kekerasan pada kurun 2006-2007. Amerika Serikat menarik pasukannya dari Irak pada Desember 2011, meninggalkan hanya kontingen terdiri dari 157 tentara di bawah wewenang kedutaan AS. Mayoritas penduduk Irak adalah Syiah, seperti juga Iran.