REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Para peneliti menemukan lebih dari 682 titik potensi longsor di sepanjang ruas jalan wilayah barat, selatan dan tengah Aceh yang perlu ditangani sebagai upaya mengantisipasi bencana tanah longsor di provinsi itu. Temuan itu merupakan hasil survei yang dilakukan sebagai upaya pembaruan data geologi di kawasan pesisir barat-selatan serta wilayah tengah Provinsi Aceh, kata ketua tim peneliti Ibnu Rusydy di Banda Aceh, Kamis malam.
Para peneliti itu terdiri dari pusat riset tsunami dan mitigasi bencana Universitas Syiah Kuala, bersama Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), dam Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI). Ibnu Rusydy mengatakan, selanjutnya di masa mendatang akan dilakukan survei detil setiap lereng di Aceh melalui survei ketidakmenerusan (discontinuity survey).
Dari 682 lebih titik potensi longsor, jelas dia, tercatat lebih 75 titik di ruas jalan Banda Aceh Calang (Aceh Jaya), sebanyak 55 titik di jalan Meulaboh, Sungai Mas (Aceh Barat). Selanjutnya lebih 29 titik sepanjang jalan di Aceh Selatan, tercatat 81 titik di jalan Aceh Barat Daya (Abdya), Terangon (Gayo Lues), dan 442 titik jalan Aceh Tengah-Kutacane (Aceh Tenggara).
Ibnu Rusydy menyebutkan jenis longsor yang dimungkinkan terjadi di kawasan tersebut adalah rotasional, translasi, jatuhan batu, aliran debris (rombakan) dan rayapan (creep).
Peneliti dari IAGI Aceh Lono Satrio menjelaskan, tanah longsor rotasional dimungkinkan terjadi karena kondisi lapisan tanah yang tebal, kemiringan lereng curam, pembeban lereng dan curah hujan sangat tinggi di kawasan tersebut. "Jenis longsor translasi terjadi akibat pemotongan lereng searah dengan lapisan batuan (dip) sehingga bidang perlapisan juga berperan sebagai bidang gelincir," kata dia.
Kemudian, jatuhan batu sangat mungkin terjadi karena kecuraman lereng melebihi daripada 80 derajat. Aliran debris (rombakan) yang terdiri dari campuran batu, kayu, dan tanah juga dimungkinkan terjadi sepanjang lereng dan lembah yang dilalui oleh jalan.
Ditambahkan, jenis longsoran rayapan terjadi pada lereng relatif landai dan adanya mineral monmorilonit yang menyebabkan berkurangnya gaya geser yang ada pada lereng.
Sementara itu, analisis TDMRC Suhada Arief menyatakan titik potensi longsor yang sudah terdata ini akan menjadi data terbaru tentang potensi bencana tanah longsor pada "Peta Risiko Bencana Aceh".