REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -— Sekolah dasar (SD) di Kabupaten Sukabumi mulai mengajarkan mata pelajaran gender mainstreaming atau pengarusutamaan gender. Hal ini dilakukan sebagai bentuk keprihatinan atas banyaknya kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan serta trafficking.
‘’Anak-anak harus memperoleh pendidikan gender sejak dini,’’ terang Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Sukabumi, Elis Nurbaeti, Senin (2/7). Langkah tersebut dinilai efektif untuk menekan kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan.
Menurut Elis, penanaman pengetahuan tentang gender sejak tingkatan SD akan lebih berpengaruh pada perkembangan anak-anak. Sehingga pada dewasa nanti sikap dan perilaku mereka akan lebih baik.
Di sisi lain, Elis mengatakan, anak-anak seringkali menjadi korban kekerasan baik pelecehan seksual maupun perbuatan cabul oleh orang dewasa maupun teman sebayanya. Dari data P2TP2A Kabupaten Sukabumi, kasus pelecehan seksual terhadap anak cukup banyak. Korbannya tidak hanya anak SD melainkan anak taman kanak-kanak (TK).
Jumlah korban kekerasan anak dan perempuan yang ditangani P2TP2A Kabupaten Sukabumi pada 2102 ini mencapai sebanyak 54 orang korban dari 26 kasus. Korban yang cukup banyak merupakan anak-anak dan remaja wanita yang menjadi korban trafficking.
Elis mengungkapkan, untuk tahap pertama penerapan mata pelajaran gender akan dilakukan di salah satu sekolah saja sebagai langkah uji coba. Ke depan, materi pelajaran ini akan diterapkan di semua sekolah SD se Kabupaten Sukabumi.
Sekolah yang terpilih untuk menerapkannya yakni di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nabawi, Kecamatan Caringin, Kabupaten Sukabumi. Lebih lanjut Elis mengungkapkan, penerapan mata pelajaran gender di tingkatan SD merupakan yang pertama di Indonesia.